REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Seorang perempuan baya mengenakan kacamata bersedia diwawancara tentang pengalamannya berinteraksi langsung dengan pejuang Palestina yang masuk ke area Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Dia membagikan kisah yang tidak terduga karena mendapatkan perlakuan sangat manusiawi dari para pejuang Hamas.
Rotem yang tinggal di area Kfar Aza berbatasan dengan Gaza membagikan kisah keluarganya kepada media Israel Channel 12. Video itu menunjukan dia bercerita kepada salah satu wartawan bahwa pasukan Hamas masuk ke dalam rumahnya.
Perempuan itu pun berkata kepada para pejuang Hamas bahwa memiliki dua anak bersamanya di dalam rumah. Mereka kemudian melihat sekeliling dan salah satunya berkata kepadanya menggunakan bahasa Inggris.
"Jangan khawatir, saya Muslim. Kami tidak akan menyakitimu," ujar Rotem meniru perkataan salah satu pejuang yang berada di rumahnya ketika itu.
An Israeli woman gave an interview to a local #Israeli channel recounting her experience with Hamas fighters when they entered her home following the Hamas-led attack of 7 October pic.twitter.com/nZ0ROMc7rG
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) October 10, 2023
Rotem pun mengaku terkejut saat para tamu yang tidak diundang itu mengatakan hal seperti itu. Namun, dia mengakui kondisi itu tetap membuatnya tertekan.
Para pejuang tersebut bersama keluarga itu di ruangan sepanjang waktu. Beberapa pejuang mengitari rumahnya. Kondisi yang tidak nyaman ini pun membuatnya duduk di lantai bersama kedua anaknya. Tapi para pejuang Hamas justru memintanya untuk duduk di kursi.
"Pejuang itu membawakan kursi dari ruang makan," ujar Rotem.
Pada satu waktu, salah satu pejuang melihat pisang di pojokan rumah. "Dia berkata 'bolehkan saya meminta satu?' dan saya mengatakan boleh, tentu saja," ujar Rotem sambil tertawa mengenang adegan yang lucu tersebut.
Meski pengalaman itu sangat cair, Rotem mengaku, anak tertuanya cukup stres menghadapi kondisi itu. Namun sangat berbeda dengan anak keduanya yang merasa tidak peduli dan tetap asik bermain dengan tablet yang dimilikinya.
"Yang sedikit membuat mereka takut adalah senjatanya. Kemudian para pejuang sepanjang waktu berbicara menggunakan bahasa Arab, dan anak saya bertanya 'apakah mereka sedang berpikir untuk meminta maaf?' dan saya menjawab 'sepertinya sih tidak.'" ujar Rotem tersenyum.
Para pasukan Hamas pun tinggal di rumah Rotem sekitar dua jam dan kemudian mereka pergi dengan menutup pintu. "Sudah seperti itu?" ujar reporter yang mewawancara.
"Ya sudah seperti itu," kata Rotem.