Kamis 12 Oct 2023 17:29 WIB

Israel: Tak akan Ada Listrik, Air dan BBM di Gaza Hingga Sandera Dibebaskan

Blokade bakal dicabut jika Hamas telah membebaskan semua warga Israel yang disandera

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Unit artileri Israel menembaki daerah sepanjang perbatasan dengan Gaza, Israel selatan, Rabu (11/10/2023).
Foto: EPA-EFE/MARTIN DIVISEK
Unit artileri Israel menembaki daerah sepanjang perbatasan dengan Gaza, Israel selatan, Rabu (11/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Energi Israel, Israel Katz, mengatakan, pasokan listrik, air, dan bahan bakar ke Jalur Gaza tidak akan dibuka. Blokade tersebut bakal dicabut jika Hamas telah membebaskan semua warga Israel yang disandera.

“Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada saklar listrik yang akan dinyalakan, tidak ada hidran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan memasuki Gaza sampai para korban penculikan Israel dikembalikan. Tidak ada yang akan menceramahi soal moral kepada kami,” kata Katz dalam sebuah pernyataan, Kamis (12/10/2023), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Pada Senin (9/10/2023) lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan bahwa negaranya akan menerapkan blokade total terhadap Jalur Gaza sebagai respons atas serangan Hamas. “Kami melakukan pengepungan total terhadap Gaza; tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas – semuanya ditutup,” kata Gallant dalam sebuah pernyataan video, dikutip Aljazirah.

Menanggapi langkah Israel tersebut, Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Volker Turk mengatakan, pengepungan total Israel terhadap Jalur Gaza dilarang berdasarkan hukum internasional. “Pengenaan pengepungan yang membahayakan nyawa warga sipil dengan merampas barang-barang penting bagi kelangsungan hidup mereka dilarang berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” kata Volker Turk dalam sebuah pernyataan, Selasa (10/10/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Turk, mengutip informasi yang dikumpulkan oleh kantornya, juga menyampaikan bahwa operasi udara Israel ke Jalur Gaza telah menghantam bangunan tempat tinggal, termasuk blok menara besar, serta sekolah dan gedung PBB di wilayah tersebut yang mengakibatkan korban sipil. “Hukum humaniter internasional jelas: kewajiban untuk terus melakukan tindakan pencegahan untuk menyelamatkan penduduk sipil dan objek sipil tetap berlaku selama serangan terjadi,” ujarnya.

Pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang gencatan senjata. Korban jiwa, baik di Israel maupun Jalur Gaza, terus bertambah. Menurut laporan terbaru, jumlah warga Israel yang tewas akibat serangan Hamas telah mencapai 1.200 jiwa. Sedangkan korban luka lebih dari 3.000 orang.

Sementara warga Palestina di Jalur Gaza yang meninggal akibat serangan Israel juga menyentuh 1.200 jiwa. Jumlah korban luka mencapai sekitar 5.600 orang. Menurut PBB, pemboman oleh Israel juga telah menyebabkan lebih dari 338 ribu warga Jalur Gaza terlantar dan mengungsi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement