Sabtu 14 Oct 2023 08:28 WIB

Tak Ada Eksodus Massal Warga Gaza

Hamas bersumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Hamas mengatakan kepada penduduk untuk tetap tinggal dan bersumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.
Foto: AP Photo/Nasser Nasser
Hamas mengatakan kepada penduduk untuk tetap tinggal dan bersumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --  Israel memerintahkan semua warga sipil di bagian utara Jalur Gaza, yang berjumlah lebih dari 1 juta orang, pindah ke selatan dalam waktu 24 jam. Hal ini disampaikan saat Israel mengerahkan tank-tanknya untuk melakukan serangan darat.

Hamas yang menguasai jalur tersebut mengatakan kepada penduduk untuk tetap tinggal dan bersumpah untuk bertempur sampai titik darah penghabisan. Hingga Jumat (10/13/2023) sore, tidak ada tanda-tanda eksodus massal saat Israel mempersiapkan serangannya.

Baca Juga

"Kematian lebih baik daripada pergi," kata Mohammad, 20 tahun sambil berdiri di jalan di luar sebuah bangunan yang menjadi puing-puing akibat serangan udara Israel dua hari yang lalu di dekat pusat Gaza.

"Saya lahir di sini, dan saya akan mati di sini, meninggalkannya adalah sebuah stigma," katanya.

PBB mengatakan mengevakuasi semua orang tidak mungkin dilakukan karena pasokan listrik terputus dan makanan serta air di daerah kantong Palestina itu semakin menipis karena blokade dan serangan serangan udara Israel selama satu pekan terakhir.

Bagian utara Jalur Gaza termasuk pemukiman terbesar di daerah kantong itu, Kota Gaza. PBB mengatakan Israel telah memberitahunya mereka ingin seluruh penduduk pindah melintasi lahan basah yang membelah daerah kantong tersebut.

"Warga sipil Kota Gaza, mengungsi ke selatan demi keselamatan Anda dan keluarga Anda dan menjauhkan diri dari teroris Hamas yang menggunakan Anda sebagai perisai manusia," kata militer Israel, menuduh Hamas bersembunyi di dalam dan di bawah bangunan-bangunan sipil.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di Yordania, pemindahan paksa warga Palestina di Gaza akan menjadi hanya mengulang kejadian tahun 1948, ketika ratusan ribu orang Palestina melarikan diri atau diusir dari wilayah yang sekarang disebut Israel.

Sebagian besar warga Gaza adalah keturunan dari para pengungsi tersebut. Abbas mendesak agar bantuan segera diizinkan masuk ke Gaza.

Israel mengatakan tidak akan mencabut blokadenya sampai warga Israel yang ditawan Hamas dibebaskan. Palang Merah mengatakan rumah sakit-rumah sakit akan segera kehabisan bahan bakar darurat. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement