REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, tidak akan ada migrasi dari Gaza atau Tepi Barat. Dia menekankan, warga Palestina sangat mengakar di tanah mereka.
“Kami akan melanjutkan perjuangan kami sampai negara kami berdiri, tawanan dan tempat-tempat suci kami dibebaskan, dan para pengungsi kami kembali ke rumah mereka,” kata Haniyeh dalam pidato yang disiarkan televisi dikutip dari Anadolu Agency.
Meski ada anjuran untuk tetap bertahan, beberapa warga Gaza di wilayah utara memutuskan untuk meninggalkan kediamannya. Namun, laporan kantor media Hamas mengatakan, 70 orang kebanyakan wanita dan anak-anak meninggal dunia dalam serangan udara terhadap mobil yang meninggalkan Kota Gaza. Dikatakan kendaraan itu menjadi sasaran di tiga tempat.
Seorang saksi mengatakan, dia melihat mobil-mobil hancur dan sebuah truk terbakar habis di jalan menuju selatan. Beberapa orang yang berharap wilayah selatan akan memberikan bantuan telah berubah pikiran dan beralih ke utara.
“Saya membawa keluarga saya kembali ke Gaza. Saya tidak bisa terus tinggal di sekolah atau di luar rumah, karena tidak ada tempat yang aman, rumah saya lebih baik,” kata akuntan Gaza Abu Dawoud.
Perpindahan pendudukan Gaza ini juga menimbulkan kekhawatiran gelombang pengungsi baru di negara-negara tetangga. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan sebelumnya, tindakan itu akan mendorong kawasan itu ke jurang konflik regional yang lebih luas. “Perang ini membunuh dan membuat warga Palestina yang tidak bersalah menjadi pengungsi dan akan membuat kawasan dan dunia menghadapi dampak kehancuran dan keputusasaan yang akan diciptakan Israel di Gaza,” katanya.
Sedangkan kantor Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan, Mesir menolak rencana apa pun untuk menggusur warga Palestina. Tindakan itu merugikan negara lain..
Seperti negara-negara Arab lainnya, Mesir menegaskan, warga Palestina harus tetap tinggal di tanah mereka dan berupaya menyalurkan bantuan. Sisi juga mengusulkan diadakannya pertemuan puncak untuk membahas krisis tersebut.
Menurut PBB, banyak orang tidak dapat dipindahkan dengan aman ke dalam wilayah kantong yang terkepung tersebut tanpa menimbulkan bencana kemanusiaan. Diperkirakan puluhan ribu warga Palestina menuju ke selatan dari Gaza utara setelah perintah Israel pada 13 Oktober 2023. Tindakan itu menambah jumlah 400 ribu warga Gaza yang sudah mengungsi pada awal pekan ini.