Selasa 17 Oct 2023 05:30 WIB

Israel: Hizbullah akan Terima Respons Mematikan Jika Terus Lancarkan Serangan

Israel telah menambah jumlah personelnya di perbatasan utara dengan Lebanon.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Pagar perbatasan keamanan militer Israel terlihat rusak setelah serangan roket Hizbullah, di bukit yang diduduki desa Kfar Chouba, Lebanon tenggara, Ahad, (8/10/2023).
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Pagar perbatasan keamanan militer Israel terlihat rusak setelah serangan roket Hizbullah, di bukit yang diduduki desa Kfar Chouba, Lebanon tenggara, Ahad, (8/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TELA AVIV – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperingatkan kelompok Hizbullah Lebanon agar berhenti melancarkan serangan terhadapnya. IDF menyatakan siap memberikan respons mematikan jika Hizbullah terus melakukan hal tersebut.

“Hizbullah melakukan sejumlah serangan kemarin untuk mencoba mengalihkan upaya operasional kami (menjauh dari Jalur Gaza), di bawah arahan dan dukungan Iran, sekaligus membahayakan negara Lebanon dan warganya,” kata Juru Bicara IDF Daniel Hagari, dikutip Times of Israel, Senin (16/10/2023).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, IDF telah menambah jumlah personelnya di perbatasan utara dengan Lebanon dan merespons beberapa serangan yang dilancarkan dari negara tersebut. “Jika Hizbullah berani menguji kami, reaksinya akan mematikan. AS memberi kami dukungan penuh,” ujar Hagari.

Pada Ahad (15/10/2023) lalu, IDF mengatakan pihaknya telah mengisolasi wilayah hingga empat kilometer dari perbatasan dengan Lebanon. Warga sipil dilarang memasuki wilayah yang diisolasi tersebut. Langkah tersebut diambil di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah.

Hizbullah yang didukung Iran telah melancarkan tiga serangan di wilayah perbatasan Israel. Serangan mereka dilaporkan telah mengakibatkan seorang warga sipil Israel dan seorang perwira militer Israel tewas.

Pekan lalu, Wakil Ketua Hizbullah Naim Qassem mengatakan seruan internasional dan regional agar kelompoknya tidak terlibat konflik Hamas-Israel tidak akan diindahkan. “Seruan di balik layar yang dilakukan oleh negara-negara besar, negara-negara Arab, utusan PBB, yang secara langsung dan tidak langsung meminta kami untuk tidak ikut campur tidak akan berpengaruh,” kata Qassem seperti dikutip TV Hizbullah, Al Manar.

Dia menegaskan, Hizbullah mengetahui tugasnya dengan sangat baik. Kami siap dan siaga, sepenuhnya siap,” ujar Qassem.

Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat.

Pada Mei 2000, tentara Israel mengumumkan penarikannya dari sebagian besar wilayah Lebanon selatan setelah dua dekade pendudukan. Namun, Israel masih mempertahankan pendudukannya di wilayah kecil yang diklaim oleh Lebanon. Wilayah tersebut dikenal sebagai Perkebunan Shebaa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement