REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI --- Kelompok pejuang Palestina, Hamas menyatakan berniat untuk menukar sandera yang mereka tangkap di Israel selatan, dengan kebebasan 6.000 tahanan Palestina yang sekarang ditahan di penjara Israel. Hal itu disampaikan Perwakilan Hamas di luar negeri, Khaled Mashal, Senin (16/10/2023).
"Sebanyak 6.000 pria dan wanita Palestina ditahan di penjara-penjara Zionis dan kami ingin membebaskan mereka dengan imbalan tawanan Israel. Perlawanan cukup kuat untuk membebaskan semua tahanan dari penjara," katanya dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Al Araby.
Abu Ubayda, juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, mengatakan pada hari Senin bahwa kelompok Hamas telah menawan sandera warga Israel setidaknya, 200 hingga 250 orang. Namun menurut Washington Post, para pejuang Hamas membawa sedikitnya 64 tawanan ke Jalur Gaza setelah serangan mendadak mereka ke wilayah Israel selatan Sabtu pekan lalu.
Surat kabar online, AS tersebut mengatakan bahwa, "di antara mereka terdapat 49 orang yang tampaknya adalah warga sipil - sembilan di antaranya adalah anak-anak - dan 11 orang yang tampaknya adalah anggota militer Israel." Sementara The Jerusalem Post melaporkan pada 9 Oktober Hamas telah menangkap dan menahan sedikitnya 130 sandera seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen.
Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah militan pejuang Hamas menyusup ke Israel dari Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober. Gerakan Pejuang Palestina ini menggambarkan serangannya sebagai respons terhadap tindakan agresif otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount di Kota Tua Yerusalem.
Setelah itu, Israel mengumumkan blokade total terhadap Gaza dan mulai melakukan serangan di daerah kantong Palestina tersebut, serta daerah-daerah tertentu di Lebanon dan Suriah. Tidak hanya di Gaza, bentrokan juga terjadi di Tepi Barat.
Lebih dari 2.800 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 11.200 orang menderita luka-luka; di Israel, jumlah korban tewas mencapai sekitar 1.500 orang dan hampir 4.000 orang terluka.