Rabu 18 Oct 2023 00:56 WIB

Lembaga Palestina Mendesak Pemerintah Indonesia Tekan Israel

YPSP menegaskan bahwa bangsa Palestina berhak untuk Merdeka dan bebas

Rep: Lintar Satria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Massa dari Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) saat mengikuti aksi solidaritas kepada masyarakat Palestina di lapangan Masjid Al-Azhar, Jakarta, Ahad (15/10/2023). Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan kepada warga Palestina dalam menghadapi konflik dengan Israel.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa dari Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) saat mengikuti aksi solidaritas kepada masyarakat Palestina di lapangan Masjid Al-Azhar, Jakarta, Ahad (15/10/2023). Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan kepada warga Palestina dalam menghadapi konflik dengan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Palestina di Indonesia Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) meminta pemerintah Indonesia menekan Israel untuk menghentikan brutalitas terhadap masyarakat Gaza. YPSP juga mendesak dengan segera pengiriman peralatan dan tim penyelamat sipil untuk membantu mengangkat puing-puing dan menyelamatkan warga yang masih tertimbun di bawahnya.

"YPSP juga meminta pemerintah Indonesia untuk mengajak negara-negara lain untuk segera mengirimkan peralatan tersebut," kata lembaga itu dalam pernyataannya, Selasa (17/10/2023).

YPSP meminta pemerintah Indonesia memberi tekanan kepada Israel untuk menghentikan kebrutalan serangan Pendudukan Israel ke Gaza. Serta mendesak untuk membuka koridor bantuan kemanusiaan dan membuka akses kebutuhan dasar seperti air, peralatan medis, bahan makanan, dan bahan bakar.

"YPSP menegaskan bahwa bangsa Palestina berhak untuk Merdeka dan bebas serta kembali ke negerinya yang telah mereka tinggalkan lebih dari 75 tahun, juga punya hak untuk berjuang melawan penjajah ini dengan semua cara yang dibolehkan oleh undang-undang internasional," kata lembaga itu.

Lembaga yang berbasis di Indonesia terus juga menegaskan berimigrasi dan mengungsi ke Mesir atau negara lain bukanlah pilihan dalam rakyat Palestina. "Dan rakyat kami lebih memilih kematian di tanah mereka daripada mengalami pengusiran (Nakbah) mereka dua kali," kata YPSP.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement