Rabu 18 Oct 2023 03:28 WIB

Mengenal Iron Beam, Sistem Pertahanan Udara Berbasis Laser Milik Israel Paling Canggih

Israel sangat bergantung pada sistem pertahanan Iron Dome dalam menghadapi Hamas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Seorang tentara Israel berjalan di dekat peluncur baterai pencegat rudal Iron Dome yang ditempatkan di kota pesisir selatan Israel, Ashkelon, 16 Januari 2014.
Foto:

Sejalan dengan itu, pengembangan telah mencapai kemajuan dalam hal deteksi dan akuisisi target, serta pembangkit listrik mandiri yang efektif untuk laser dan sistem persenjataan. Israel berhasil melakukan uji coba tembakan langsung secara ekstensif terhadap drone, mini-drone, mortir, roket, dan rudal anti-tank dalam penerbangan pada awal tahun 2022.

Sistem Iron Beam secara resmi diluncurkan pada International Defense Exhibition (IDEX 23) di Abu Dhabi, bersama dengan elemen sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, yang dirancang untuk ditingkatkan oleh senjata HEL.

Pada Desember 2022 diumumkan bahwa Rafael Israel telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan raksasa kedirgantaraan AS, Lockheed Martin, untuk bersama-sama mengembangkan, menguji, dan memproduksi Iron Beam serta HEL Weapon Systems lainnya di kedua negara tersebut.

Bukan untuk gantikan Iron Dome

Penggantian artileri dan rudal antipesawat dengan teknologi laser masih jauh. Iron Beam disebut tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan Iron Dome atau sistem pertahanan rudal milik Israel lainnya, yakni David’s Sling dan Arrow. Iron Beam akan dimanfaatkan untuk menambah lapisan lain pada kemampuan pertahanan anti-rudal multi-tingkat Israel.

Iron Beam menggunakan laser serat, yang menurut beberapa komentator menggunakan minimal 100 kilowatt, untuk menghasilkan sinar laser terkonsentrasi. Pancaran laser tersebut akan mampu menghancurkan target di udara hingga jarak 7 hingga 10 kilometer. Sistem ini akan bekerja bersama-sama dengan sistem anti-rudal dan pertahanan udara konvensional menggunakan berbagai sistem pengawasan serta dilacak oleh platform kendaraan yang akan memilih platform senjata paling tepat untuk menyerang target.

HEL memang memiliki beberapa keterbatasan, terutama disebabkan oleh cuaca dan kondisi atmosfer. Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuannya dalam beroperasi. Sensor Iron Beam dapat terhambat oleh kabut, hujan, dan awan. Energi laser itu sendiri dapat terganggu oleh hujan, asap, uap air (awan), atau partikel di udara, yang pada akhirnya kehilangan kekuatan dan koherensinya.

Beberapa pakar juga merasa bahwa beberapa detik yang dibutuhkan untuk mengisi daya laser membuat peluncuran sistem lebih lambat dibandingkan dengan peluncuran rudal. Namun hal ini juga berarti bahwa beberapa ledakan dapat ditembakkan sebelum rudal dapat ditempatkan di peluncur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement