Rabu 18 Oct 2023 06:53 WIB

Kisah Jameel dan Keledainya Bagikan Air Bersih untuk Warga Gaza

Beberapa tahun lalu, Jameel mewarisi sebuah sumur setelah kematian ayahnya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina mengambil air dari keran air, di tengah kekurangan air minum, di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin, (16/10/2023)WIB.
Foto: AP/Fatima Shbair
Warga Palestina mengambil air dari keran air, di tengah kekurangan air minum, di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin, (16/10/2023)WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Jameel al-Karoubi telah terbiasa dengan rutinitas barunya selama sembilan hari terakhir. Dia bersama keledainya yang diberi nama Almond, menyusuri jalan-jalan berlubang untuk mengambil air bersih.

Setiap hari, Jameel bangun sebelum matahari terbit.  Kemudian, setelah memenuhi semua kebutuhan keluarganya, dia dan Almond pergi ke jalan-jalan berlubang di Gaza untuk mengambil air bersih dan mendistribusikannya kepada orang-orang di lingkungannya.

Baca Juga

“Saya membuat kesepakatan dengan teman saya Almond, bahwa jika dia tetap bangun pagi setiap hari dan membantu saya mengisi tangki air dan mendistribusikannya ke lingkungan sekitar, saya akan memberinya sekantong makanan tambahan setiap hari. Dan sejak itu, dia menepati kesepakatan kita," ujar Jameel, dilaporkan Aljazirah, Selasa (17/10/2023).

Sebelum perang dimulai, pria berusia 34 tahun ini biasa menjual sayuran dengan menggunakan gerobaknya.  Kini, sejak pengeboman Israel meletus di Gaza, Jameel dan Almond melakukan segala upaya untuk membuat perbedaan bagi orang-orang di sekitarnya.

Beberapa tahun lalu, Jameel mewarisi sebuah sumur setelah kematian ayahnya. Kini, sebelum ia memenuhi kebutuhan air keluarganya, ia mengisi dua tangki besar dan berjalan keliling. Dia memanggil tetangganya untuk mengeluarkan tangki galon dan kantong air mereka untuk diisi ulang.

Jameel tinggal bersama ibu, istri, dan keempat anaknya. Jameel mengatakan, sumur tersebut menampung cukup air agar tetangganya tidak kehausan setelah pasukan Israel memutus pasokan air dan listrik lebih dari seminggu yang lalu. Jameel tidak menjual air yang didistribusikannya. Semua air itu dibagikan secara gratis.

“Saya tidak menjualnya, saya mendistribusikannya secara gratis. Jika saya tidak membantu rakyat saya, siapa yang akan membantu mereka?  Israel?  Saya meragukan itu," ujar Jameel.

Salah satu tetangga Jameel mengatakan, air sangat penting bagi kehidupan. Mereka bisa hidup tanpa internet atau bahkan listrik, tapi tanpa air manusia perlahan akan mati.

“Saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan jika Jameel tidak ada. Kami mencoba pergi ke lembaga bantuan untuk mendapatkan air, namun tempat tersebut sangat ramai dan air di sana terasa tidak bersih," ujar tetangga Jameel itu.

Jameel mengatakan, dia ingin membantu lebih banyak orang. Namun puing-puing yang ditinggalkan oleh serangan rudal Israel membuat gerobaknya tidak bisa melewati jalan-jalan yang rusak akibat terkena serangan rudal.

Keluarga Jameel merasa cemas dan takut jika dia bepergian untuk membagikan air. Namun keluarga Jameel tidak ingin menghentikan Jameel untuk melakukan upaya bantuan.

“Ayah saya merasa dia mempunyai kewajiban untuk membantu orang, siapa pun, bahkan orang asing. Dan dia merasa paling bahagia dan bangga ketika orang-orang bisa tidur di malam hari tanpa merasa haus," ujar putra bungsu Jameel, Osama.

“Tentu saja ini sangat berbahaya, karena rudal-rudal berjatuhan tanpa pandang bulu di seluruh Gaza.  Tapi kita tidak bisa menghentikannya.  Orang-orang mencintai kami dan hanya itulah yang kami inginkan sebagai balasannya," kata Osama.

Terkadang, Jameel dan Almond membagikan sayuran seperti lemon, kentang, dan apa pun yang dia temukan di kebunnya. “Saya tidak keberatan membagikan sayur-sayuran gratis ketika saya mempunyai lebih banyak sayur.Hal ini membuat saya, dan orang-orang, lebih bahagia," kata Jameel.

Tetangga Jameel sering menawarkan makanan kepada Almond dan bersikeras agar ia menerimanya, sehingga Almond dapat terus membantu Jameel melakukan apa yang mereka lakukan setiap hari. Jameel tidak mengikuti politik dan tidak tahu kapan perang akan berakhir. Dia hanya tahu kalau tetangganya sedang kehausan.

“Selama orang-orang saya membutuhkan, saya akan berada di sana, berusaha memberikan bantuan sebanyak yang saya bisa," ujar Jameel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement