REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel sedang berusaha melarang jaringan media Aljazirah melakukan peliputan dan pelaporan di negaranya. Aljazirah, yang berkantor pusat di Doha, Qatar, diketahui rutin mengkritik kebijakan okupasi dan agresi Israel terhadap Palestina.
Dilaporkan Middle East Eye, Rabu (18/10/2023), Jaksa Agung Israel Gali Baharav-Miara dan Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi disebut telah mencapai kesepakatan pada Selasa (17/10/2023) mengenai kata-kata peraturan darurat guna mengakhiri operasi Aljazirah di negara tersebut.
Karhi sebelumnya dilaporkan mengusulkan peraturan darurat yang memungkinkan polisi di sana menangkap warga dan jurnalis jika mereka memublikasikan konten yang dianggap merusak “moral nasional”. Usulan tersebut digulirkan saat Israel masih terus membombardir Jalur Gaza.
Berdasarkan usulan Karhi, pembatasan tersebut dapat diterapkan pada publikasi yang telah digunakan sebagai “basis propaganda musuh”. Rumah warga dan jurnalis dapat digeledah jika menyampaikan pidato yang dianggap tidak diinginkan oleh pemerintah. Mereka pun dapat ditahan dan disita harta bendanya jika dinyatakan bersalah.
Pada Ahad (15/10/2023) lalu, Karhi sempat menyampaikan secara terbuka bahwa dia sedang mencari kemungkinan untuk menutup biro lokal media Aljazirah. Dia menuduh Aljazirah telah melakukan hasutan pro Hamas dan mengekspose tentara Israel pada potensi serangan dari Gaza.
“Ini (Aljazirah) adalah stasiun yang menghasut, ini adalah stasiun yang memfilmkan pasukan di tempat berkumpul (di luar Gaza) yang menghasut terhadap warga Israel-sebuah corong propaganda,” kata Karhi kepada Radio Angkatan Darat Israel.
“Tidak masuk akal pesan juru bicara Hamas disampaikan melalui stasiun ini. Saya harap kita bisa menyelesaikannya hari ini,” tambah Karhi.
Pemerintah Israel telah berulang kali mengkritik liputan Aljazirah tentang perang yang kini sedang berlangsung di Jalur Gaza. Aljazirah adalah salah satu dari sedikit saluran media global yang hadir secara fisik di Gaza dan Israel.
Israel telah melarang siapa pun meninggalkan atau memasuki Gaza, yang sudah dikepung sepenuhnya. Israel pun memutus aliran air, listrik, dan makanan ke wilayah tersebut.
Karena situasi tersebut, liputan internasional mengenai agresi Israel ke Jalur Gaza digarap oleh organisasi-organisasi media yang sudah memiliki jurnalis di lapangan. Aljazirah adalah salah satu media tersebut. Aljazirah belum merilis pernyataan terkait upaya penutupan biro lokalnya di Israel.