Kamis 19 Oct 2023 17:29 WIB

Ikuti Jejak Biden ke Israel, PM Inggris Dukung Netanyahu yang Terus Mengebom Gaza

Sebelumnya Presiden AS Joe Biden juga berkunjung ke Israel.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berkunjung ke Israel.
Foto: Peter Byrne/PA via AP
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berkunjung ke Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel menggempur Gaza dengan lebih banyak serangan udara pada hari Kamis (19/10/2023), ketika Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berkunjung ke Israel. Kunjungan Sunak ini untuk menunjukkan dukungan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berperang melawan Hamas.

Kunjungan PM Sunak ini di saat Israel mengebom lebih banyak wilayah Gaza, termasuk fasilitas rumah sakit, namun ia masih berharap Israel sedikit meringankan penderitaan warga Gaza.

Baca Juga

Sebelumnya Presiden AS Joe Biden juga berkunjung ke Israel. Biden yang menghabiskan waktu kurang dari delapan jam di Israel, terbang pulang ke AS pada Rabu (18/10/2023), malam setelah menjanjikan dukungan ke Israel.

Biden juga sempat memeluk serta menghibur para korban warga Israel, yang selamat dari serangan 7 Oktober oleh kelompok pejuang Hamas, yang menembus wilayah Israel selatan, dengan serangan mendadak mereka.

Namun, dalam kunjungan Biden ke Israel kali ini, tampaknya tak banyak menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Terutama membujuk Israel untuk meringankan penderitaan 2,3 juta warga Gaza yang berada di bawah serangan bom dan blokade total dari berbagai kebutuhan dan bantuan kemanusiaan.

Biden mengatakan bahwa ia telah mendapatkan tawaran dari Mesir untuk mengizinkan 20 truk bantuan mencapai Gaza dalam beberapa hari mendatang. Sebagian kecil dari 100 truk per hari yang dikatakan oleh kepala bantuan PBB Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan PBB.

Dalam pidatonya, Biden mengatakan kepada warga Israel: "Meskipun Anda merasakan kemarahan itu, jangan termakan olehnya. Setelah peristiwa 9/11, kami sangat marah di Amerika Serikat. Dan meskipun kami mencari keadilan dan mendapatkannya, kami juga melakukan kesalahan."

Kemudian dia mengatakan kepada para wartawan di atas Air Force One: "Israel telah menjadi korban yang sangat buruk, namun kenyataannya mereka memiliki kesempatan untuk meringankan penderitaan orang-orang yang tidak memiliki tempat untuk pergi... itulah yang harus mereka lakukan."

Israel mengatakan bahwa mereka akan mengizinkan bantuan terbatas untuk mencapai Gaza dari Mesir asalkan tidak ada yang menguntungkan Hamas. Namun, Israel mengulangi posisinya bahwa mereka akan membuka pos-pos pemeriksaannya sendiri untuk mengizinkan masuknya bantuan. Dengan catatan, hanya jika semua dari lebih dari 200 sandera yang ditangkap oleh orang-orang bersenjata dibebaskan.

Sedangkan, PM Inggris Rishi Sunak mendarat di Tel Aviv beberapa jam setelah Biden pergi, membawa pesan dukungan dan belasungkawa yang sama untuk warga Israel. "Di atas segalanya, saya di sini untuk menyatakan solidaritas saya dengan rakyat Israel. Anda telah mengalami tindakan terorisme yang tak terkatakan dan mengerikan dan saya ingin Anda tahu bahwa Inggris dan saya mendukung Anda," kata Sunak kepada wartawan Israel setelah mendarat.

Sementara itu, di dalam wilayah Gaza, tidak ada henti-hentinya bom Israel berdentum, yang menurut para pejabat kesehatan Gaza telah menewaskan hampir 3.500 orang dan melukai lebih dari 12.000 orang. Di wilayah Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, sebuah area pertokoan menjadi puing-puing sejauh mata memandang. Sebuah ranjang bayi, bernoda merah tergeletak di atas tanah, jendela-jendela toko pakaian yang pecah dan kendaraan yang rusak.

Rafat Al-Nakhala, yang mencari perlindungan di sana setelah mematuhi perintah Israel agar warga sipil mengungsi dari Kota Gaza di bagian utara, mengatakan bahwa sudah tidak ada tempat yang aman.

"Saya berusia lebih dari 70 tahun, saya telah hidup melalui beberapa perang, tidak pernah seperti ini, tidak pernah sebrutal ini, tidak ada agama dan tidak ada hati nurani. Terima kasih Tuhan. Kami hanya memiliki harapan kepada Allah, bukan kepada negara Arab atau Muslim atau siapa pun di dunia ini, kecuali kepada Allah," ujar Rafat.

Rekaman yang diperoleh Reuters dari kamp pengungsi Jabaliya di bagian utara menunjukkan warga menggali dengan tangan kosong di dalam bangunan yang rusak untuk membebaskan seorang anak laki-laki dan perempuan yang terjebak di bawah reruntuhan. Mayat seorang pria diangkut keluar dari reruntuhan dengan tandu sementara warga mencoba menerangi lokasi dengan obor di ponsel mereka.

PBB mengatakan sekitar separuh warga Gaza kehilangan tempat tinggal dan masih terjebak di dalam daerah kantong, salah satu tempat terpadat di dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement