Jumat 20 Oct 2023 07:07 WIB

Israel Siap Luncurkan Operasi Pertempuran Darat ke Jalur Gaza

Menhan Israel sebut pertempuran darat akan tajam dan mematikan

Rep: Kamran Dikarma / Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Gambar yang disediakan oleh Maxar Technologies pada Rabu, 18 Oktober 2023 ini menunjukkan gambaran Rumah Sakit al-Ahli pasca ledakan di Kota Gaza.
Foto: Satellite image ©2023 Maxar Technologies via
Gambar yang disediakan oleh Maxar Technologies pada Rabu, 18 Oktober 2023 ini menunjukkan gambaran Rumah Sakit al-Ahli pasca ledakan di Kota Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengunjungi pasukan negaranya yang ditempatkan di dekat perbatasan Jalur Gaza, Kamis (19/10/2023). Pada kesempatan itu, dia mengisyaratkan akan meluncurkan operasi pertempuran darat ke Gaza.

“Anda sekarang melihat Gaza dari kejauhan. Anda akan segera melihatnya dari dalam. Perintah akan datang,” kata Gallant kepada para prajurit Israel. Selama ini Israel diketahui hanya melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza.

Baca Juga

Dalam pertemuan dengan pasukan Israel, Gallant pun mengingatkan mereka tentang akan sengitnya peperangan. “Pertempuran ini akan sangat luas, sulit, dan kita akan bertindak tepat, tajam, dan mematikan. Namun akan ada harga untuk itu, dan kita juga memiliki harga yang harus dibayar. Tapi kita akan terus melanjutkannya sampai kita menyelesaikan operasi ini sepenuhnya,” ucapnya.

Secara terpisah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menemui pasukan Israel yang ditempatkan di dekat perbatasan Jalur Gaza. Dia menyemangati para tentaranya. “Kita akan menang dengan kekuatan penuh,” ujar Netanyahu.

Pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok Hamas yang mengontrol Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Eskalasi dimulai ketika ratusan anggota Hamas berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza. Infiltrasi dilakukan sesaat setelah Hamas meluncurkan ribuan roket ke wilayah Israel. Ratusan anggota Hamas yang berhasil memasuki wilayah Israel kemudian melakukan serangan ke beberapa kota di dekat perbatasan Gaza.

Anggota Hamas dilaporkan melakukan penyerbuan ke 22 lokasi di Israel, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 24 kilometer dari perbatasan Gaza. Ketika mundur, mereka menahan sejumlah warga untuk dijadikan sandera. Jumlah warga Israel yang disandera dilaporkan antara 100 hingga 150 orang. Hamas menyebut serangan roket dan infiltrasi ke Israel sebagai Operation Al Aqsa Flood. Mereka mengatakan, operasi itu diluncurkan sebagai respons atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan pemukim.

Merespons operasi serangan Hamas, Israel meluncurkan Operation Swords of Iron dan membombardir Jalur Gaza. Target utamanya adalah markas atau situs lainnya yang berkaitan dengan Hamas. Namun bangunan-bangunan penduduk turut terimbas serangan udara Israel. Pada Selasa (17/10/2023) malam lalu, Israel diyakini mendalangi serangan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza. Mereka membantah melakukan serangan tersebut dan justru menuding kelompok Jihad Islam sebagai pelakunya.

Sejak pertempuran pecah, jumlah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel setidaknya 3.785 orang. Lebih dari 1.500 korban meninggal di Gaza tercatat adalah anak-anak. Sementara korban luka mencapai lebih dari 12.500 orang. Agresi Israel selama hampir dua pekan terakhir juga menyebabkan lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi.

Sementara itu, jumlah warga Israel yang tewas akibat operasi dan serangan Hamas mencapai setidaknya 1.400 orang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement