Sabtu 21 Oct 2023 06:25 WIB

800 Pejabat UE Kritik Sikap Pemimpin Eropa yang Terus Mendukung Israel

Ratusan pejabat UE ini menulis surat kepada Ketua UE Ursula von der Leyen.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Uni Eropa.
Foto: Anadolu Agency
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Ketika Gaza terus menerus dibom oleh Israel, lebih dari 800 pejabat Uni Eropa (UE) telah menulis surat kepada ketua blok tersebut Ursula von der Leyen. Mereka menyampaikan kritik atas dukungannya yang tidak terkendali terhadap Israel.

Para penandatangan surat tersebut yang telah dilihat oleh AlJazirah mengatakan, mereka hampir tidak mengakui nilai-nilai UE. Mereka pun menyatakan bahwa ada ketidakpedulian yang ditunjukkan selama beberapa hari terakhir oleh lembaga tersebut terhadap pembantaian warga sipil yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. 

Baca Juga

"Dengan mengabaikan hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional," ujar salah satu pejabat UE yang menulis surat tersebut. 

Mereka mengatakan bahwa  sedih dengan standar ganda Komisi Eropa. UE menganggap blokade Ukraina oleh Rusia sebagai tindakan teror, sementara blokade Israel terhadap Gaza justru malah sepenuhnya diabaikan. 

“Jika Israel tidak segera berhenti, seluruh Jalur Gaza dan penduduknya akan musnah dari muka bumi,” bunyi surat itu.

“Kami mendesak Anda [von der Leyen] untuk menyerukan, bersama dengan para pemimpin seluruh UE, untuk melakukan gencatan senjata dan melindungi kehidupan warga sipil. Ini adalah inti dari keberadaan UE,” kata mereka sambil memperingatkan bahwa UE berisiko kehilangan kredibilitas. 

Surat tersebut mewakili perpecahan mendalam di dalam blok tersebut mengenai cara menghadapi perang Israel-Gaza. “Tindakan atau posisi Komisi Eropa yang tidak menguntungkan baru-baru ini tampaknya memberikan kebebasan pada percepatan dan legitimasi kejahatan perang di Jalur Gaza”, kata surat itu.

Lebih dari 4.000 warga Palestina terbunuh di Gaza, banyak dari mereka adalah anak-anak. “Kami akan bangga jika UE menyerukan penghentian segera permusuhan dan kekerasan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil,” bunyi surat itu.

Komisi Eropa mengatakan, pihaknya mengetahui surat tersebut dan siap untuk berinteraksi dengan anggota staf dan warga negara Eropa untuk memahami pandangan mereka. “Presiden telah mengatakan dalam beberapa kesempatan bahwa ‘tidak ada kontradiksi dalam solidaritas dengan Israel dan bertindak berdasarkan kebutuhan kemanusiaan rakyat Palestina,'” kata juru bicara Komisi Eropa .

“Dia juga mengatakan, 'Tidak ada keraguan di pihak kami: Eropa akan selalu berada di pihak kemanusiaan dan hak asasi manusia,' " ujarnya. 

Sumber UE yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, bahwa surat tersebut kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan UE. "Namun ini menunjukkan kesenjangan yang semakin besar antara banyak anggota staf yang ingin melihat hukum internasional diterapkan di seluruh dunia," katanya. 

Von der Leyen saat ini berada di AS untuk menghadiri KTT UE-AS. “Kami mendukung perdamaian dan kemakmuran. Mendukung Ukraina dalam perjuangannya untuk kebebasan. Berdiri di sisi Israel dan menangani kebutuhan kemanusiaan di wilayah tersebut,” katanya pada Kamis (19/10/2023).

Sumber kedua di UE mengatakan, perbedaan pendapat meningkat karena tim von der Leyen tampaknya salah membaca situasi. “Mereka, dia dan para penasihat terdekatnya, berpikir bahwa ini (perang Israel-Hamas) akan menjadi momen di Ukraina, sehingga mereka perlu mengutuk para teroris dan memenangkan argumen moral. Namun saya pikir mereka sama sekali tidak mengetahui skala penindasan yang dialami warga Palestina, dan pemahaman luas mengenai konflik tersebut karena ini merupakan reaksi kekerasan terhadap pendudukan,” kata pejabat tersebut.

Seruan terhadap von der Leyen mengikuti tanda-tanda gesekan politik lainnya di Barat. Telah muncul adanya laporan bahwa para diplomat AS sedang mempersiapkan tindakan perbedaan pendapat mengenai perang di Timur Tengah. Laporan itu muncul dalam sebuah dokumen yang mengkritik kebijakan Washington yang ditujukan kepada para pemimpin Departemen Luar Negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement