Ahad 22 Oct 2023 21:29 WIB

Cina dan Filipina Saling Tuding Provokasi di Laut Cina Selatan

Cina dan Filipina saling tuding mengenai tabrakan di perairan Laut Cina Selatan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok, di depan, diduga memblokir jalur kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Beting Thomas Kedua yang diduduki Filipina, Laut Cina Selatan selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023.
Foto: Philippine Coast Guard via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok, di depan, diduga memblokir jalur kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Beting Thomas Kedua yang diduduki Filipina, Laut Cina Selatan selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina dan Filipina saling tuding mengenai tabrakan di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan. Kapal-kapal Cina memblokir kapal Filipina yang memasok pasukan pada Ahad (22/10/2023).

Tabrakan terjadi saat misi pasokan rutin sebuah kapal yang dikontrak oleh angkatan bersenjata Filipina. Dalam insiden terbaru, penjaga pantai Cina mengatakan, telah terjadi tabrakan kecil antara salah satu kapalnya dan kapal Filipina. Beijing mengklaim penjaga pantainya secara sah menghalangi kapal tersebut untuk mengangkut bahan konstruksi ilegal ke kapal perang Filipina.

Baca Juga

Penjaga pantai Cina mengatakan, kapal Filipina telah mengabaikan peringatan berulang kali, melewati haluan kapal Cina dan dengan sengaja menimbulkan masalah, sehingga menyebabkan tabrakan. “Perilaku Filipina sangat melanggar peraturan internasional tentang menghindari tabrakan di laut dan mengancam keselamatan navigasi kapal kami,” kata penjaga pantai.

Manila menanggapinya dengan mengutuk dalam tingkat yang paling keras atas manuver pemblokiran yang berbahaya terhadap kapal Cina. “Tindakan Cina yang berbahaya, tidak bertanggung jawab, dan ilegal merupakan pelanggaran kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi Filipina,” kata Satuan Tugas Manila untuk Laut Filipina Barat dalam sebuah pernyataan.

Amerika Serikat (AS) menyatakan dukungannya kepada Filipina dan mengecam gangguan yang dilakukan Cina terhadap misi pasokan resmi Filipina. “Kami mendukung #FriendsPartnersAllies kami dalam melindungi kedaulatan Filipina dan mendukung #FreeAndOpenIndoPacific,” Duta Besar AS untuk Filipina MaryKay Carlson memposting di media sosial X.

Kedua negara telah banyak terlibat perselisihan di wilayah Laut Cina Selatan dalam beberapa bulan terakhir, terutama di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly.Filipina telah mengirimkan pasokan kepada pasukan yang ditempatkan di kapal angkut era Perang Dunia II yang digunakan sebagai pos terdepan di perairan dangkal tersebut. Kegiatan ini menyebabkan penjaga pantai Cina berulang kali mengerahkan kapal untuk memblokir misi pasokan tersebut.

Hubungan Manila dengan Beijing memburuk di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr. yang memperkuat keterlibatan militer dengan Washington sejak menjabat tahun lalu. Pentagon mengatakan pada Mei, bahwa pihaknya akan melindungi Filipina jika penjaga pantainya diserang di wilayah Laut Cina Selatan.

Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan, termasuk sebagian zona ekonomi eksklusif Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan, klaim Beijing tidak memiliki dasar hukum.

Pekan lalu, militer Filipina menuntut Cina menghentikan tindakannya yang berbahaya dan ofensif setelah sebuah kapal angkatan laut Cina membayangi dan berusaha menghalangi kapal angkatan laut Filipina yang sedang melakukan misi pasokan. Sedangkan Beijing telah memperingatkan Manila terhadap provokasi lebih lanjut karena tindakan tersebut dinilai melanggar kedaulatan wilayahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement