REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, negaranya tidak tertarik terlibat perang dengan musuh lain selain Hamas. Meski mengetahui adanya serangan berkala dari kelompok Hizbullah Lebanon, dia menegaskan Israel tak ingin memperluas perang.
“Kami melancarkan perang di front selatan melawan Hamas, bersiap menghadapi segala perkembangan di utara, Hizbullah menderita banyak kerugian. Namun, kami tidak tertarik untuk memperluas perang,” kata Gallant kepada awak media setelah ditanya tentang kemungkinan konfrontasi Israel dengan Iran, Kamis (26/10/2023).
Gallant pun ditanya tentang apakah Israel akan melanjutkan rencananya melancarkan operasi pertempuran darat ke Jalur Gaza. “Harinya tidak lama lagi. Manuver akan dimulai ketika kondisinya tepat,” ujar Gallant merespons pertanyaan tersebut.
Namun, Israel nyatanya sudah menyerang perbatasan Lebanon. Militer Israel (IDF) mengatakan serangan tersebut sebagai pembalasan atas serangan rudal permukaan-ke-udara sebelumnya. Serangan tersebut dilakukan pada Rabu (25/10/2023) malam.
"Aerial Defense Array IDF mencegat rudal darat-ke-udara yang ditembakkan dari Lebanon ke arah UAV (pesawat tak berawak) IDF," kata Pasukan Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan seperti dikutip RTE, Kamis (26/10/2023).
"Sebagai tanggapan, pesawat IDF menghantam sumber peluncuran," tambahnya.
Israel terlibat baku tembak dengan kelompok militan Islam Hizbullah dan faksi-faksi Palestina yang bersekutu di Lebanon selatan sejak dimulainya perang dengan Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Militernya juga menyerang target-target militer di dalam Suriah pada Rabu sebagai pembalasan atas apa mereka katakan sebagai serangan terhadap Israel. Media pemerintah Suriah mengatakan serangan tersebut menewaskan delapan tentara Suriah.
Tak hanya Lebanon ataupun Suriah, serangan pun melebar di Palestina seperti di Gaza selatan. Bahkan, bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza yang jumlahnya terbatas pun dibayang-bayangi serangan udara Israel.