Sabtu 28 Oct 2023 16:19 WIB

Israel Membangkang dari Seruan Sekutu untuk Gencatan Senjata di Gaza

Terjadi perpecahan publik pertama antara Israel dan para sekutunya termasuk AS

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Smoke rises from the northern part of the Gaza Strip as a result of an Israeli airstrike, at an undisclosed location near the border with Gaza, in Israel, 28 October 2023. The Israel Defense Forces (IDF) conducted targeted raids in the Gaza Strip on 27 October 2023 and struck dozens of targets belonging to the Hamas militants, the IDF confirmed. More than 7,000 Palestinians and at least 1,300 Israelis have been killed, according to the IDF and the Palestinian health authority, since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Foto: EPA-EFE/HANNIBAL HANSCHKE
Smoke rises from the northern part of the Gaza Strip as a result of an Israeli airstrike, at an undisclosed location near the border with Gaza, in Israel, 28 October 2023. The Israel Defense Forces (IDF) conducted targeted raids in the Gaza Strip on 27 October 2023 and struck dozens of targets belonging to the Hamas militants, the IDF confirmed. More than 7,000 Palestinians and at least 1,300 Israelis have been killed, according to the IDF and the Palestinian health authority, since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel menolak seruan untuk melakukan jeda gencatan senjata di Gaza karena sekutu-sekutu terdekatnya di Barat telah bersatu di sekitar gagasan "jeda kemanusiaan", atau penghentian sementara pemboman.

Setelah resolusi PBB yang lolos pada Jumat (27/10/2023) malam waktu setempat, dunia internasional semakin kuat menunjukkan rasa keprihatinan terhadap kondisi 2,3 juta orang warga Gaza yang terperangkap dalam serangan udara terberat yang pernah dilancarkan Israel.

Baca Juga

Situasi bencana kemanusiaan ini telah membuat negara-negara besar pada pekan ini menyerukan kepada Israel untuk mengizinkan jeda kemanusiaan agar bantuan dapat masuk dan sandera Israel yang ditahan oleh kelompok militan Islam Hamas dapat dibebaskan.

Masalah ini telah membuka perpecahan publik pertama antara Israel dan para pendukungnya termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan anggota G7 lainnya seperti Jepang atas kampanye tersebut. Pembangkangan Israel ini setelah adanya keselarasan dan dukungan yang ketat dalam hampir tiga minggu sejak militan Hamas menyerbu masuk dari Gaza ke Israel selatan dalam sebuah amukan yang mematikan.

"Israel menentang jeda kemanusiaan atau gencatan senjata pada saat ini," kata Lior Haiat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, pada hari Jumat, sementara seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa seruan untuk jeda dalam pertempuran tampak sebagai "itikad yang buruk." 

Suara seruan untuk jeda menyusul diplomasi yang intens selama berhari-hari di markas besar PBB di New York dan di Brussels. Ini merupakan kompromi antara pihak-pihak, seperti Spanyol, yang ingin mendorong Israel untuk melakukan gencatan senjata, dan pihak-pihak yang menyatakan bahwa hak Israel untuk mempertahankan diri adalah yang utama.

Israel mengatakan bahwa Hamas telah membunuh sekitar 1.400 orang termasuk anak-anak dan menyandera lebih dari 200 orang dalam serangannya pada tanggal 7 Oktober. 

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan 7.326 warga Palestina telah tewas dalam serangan udara pembalasan, termasuk sekitar 3.000 anak-anak. Persediaan makanan, air, bahan bakar dan obat-obatan langka di jalur sepanjang 40 km (25 mil) tersebut. 

Upaya-upaya sedang dilakukan secara bilateral dan di PBB untuk mendesak Israel agar mengizinkan beberapa bentuk jeda, Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa mengatakan kepada para wartawan pada hari Jumat. 

"Saya menyambut baik konsensus global yang berkembang untuk jeda kemanusiaan dalam konflik ini. Saya mengulangi seruan saya untuk gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan tanpa syarat semua sandera, dan pengiriman pasokan yang menyelamatkan jiwa pada skala yang dibutuhkan," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

Jeda kemanusiaan belum bisa dilakukan karena intensifnya serangan.... 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement