Ahad 29 Oct 2023 08:02 WIB

Meski PBB Perintahkan Gencatan Senjata, Israel Luncurkan Serangan Tahap Dua di Gaza

Elon Musk tawarkan jaringan satelit Starlink SpaceX dukung komunikasi di Gaza.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Lida Puspaningtyas
Serangan udara di Gaza oleh pasukan Israel tidak berhenti dalam tiga pekan terakhir.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Serangan udara di Gaza oleh pasukan Israel tidak berhenti dalam tiga pekan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (28/10/2023), bahwa pasukan Israel telah melancarkan tahap kedua perang Gaza. Tentara Israel melakukan operasi darat terhadap Hamas.

“Ini adalah perang tahap kedua yang tujuannya jelas menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas serta memulangkan para sandera,” kata Netanyahu.

Baca Juga

Berbicara pada konferensi pers di Tel Aviv, Netanyahu memperingatkan Israel untuk memperkirakan kampanye militer yang panjang dan sulit. Dia mengulangi seruan kepada warga sipil Palestina untuk mengevakuasi Jalur Gaza utara yang menjadi fokus serangan.

“Kami baru berada di tahap awal. Kami akan menghancurkan musuh di atas dan di bawah tanah," kata Netanyahu.

Israel telah memperketat blokade dan membombardir Gaza selama tiga minggu setelah serangan tidak terduga kelompok Islam Hamas pada 7 Oktober. Negara-negara Barat pada umumnya mendukung Israel, tetapi muncul kekhawatiran internasional yang meningkat mengenai jumlah korban jiwa akibat pemboman tersebut dan meningkatnya seruan untuk jeda agar bantuan dapat menjangkau warga sipil Gaza. Otoritas kesehatan di Jalur Gaza yang berpenduduk 2,3 juta jiwa mengatakan, 7.650 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan Israel di Gaza.

“Rakyat kami di Jalur Gaza sedang menghadapi perang genosida dan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel di hadapan seluruh dunia," ujar Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Dengan banyaknya bangunan yang menjadi puing-puing dan sulitnya menemukan tempat berlindung, warga Gaza kekurangan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan. Penderitaan mereka bertambah buruk  ketika layanan telepon dan internet terputus diikuti dengan pemboman besar-besaran sepanjang malam pada Jumat (27/10/2023).

“Tuhan tolong siapa pun yang berada di bawah reruntuhan,” kata seorang jurnalis Gaza yang menghabiskan malam yang mengerikan di tangga gedung sambil menyaksikan “sabuk api” ketika bom jatuh dan pasukan Israel tampak terlibat baku tembak dengan pejuang Palestina.

Israel mengatakan pasukan dan kendaraan lapis baja yang dikirim ke Gaza pada Jumat malam masih berada di lapangan. Mereka berfokus pada infrastruktur termasuk jaringan terowongan luas yang dibangun oleh Hamas.

Saat menyerukan warga Gaza untuk pindah ke selatan, Israel mengatakan Hamas bersembunyi di bawah bangunan sipil, terutama di utara. Warga Palestina mengatakan tidak ada tempat yang aman, dan bom juga menghancurkan rumah-rumah di wilayah selatan yang padat penduduknya.

“Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Tanpa ponsel, tidak ada yang bisa memanggil ambulans, dan layanan darurat juga kekurangan bahan bakar. Kepala juru bicara militer Israel menolak mengatakan kemungkinan Israel berada di balik pemadaman telekomunikasi di Gaza, tetapi dia meyakinkan akan melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi pasukannya.

Berbagai lembaga bantuan global mengatakan, mereka tidak dapat menghubungi staf mereka di Gaza. Namun perwakilan dari Komite Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Gaza William Schomburg menerima pesan audio. Schomburg mengatakan, petugas medis bekerja sepanjang waktu dan menghadapi tragedi pribadi.

“Saya berbicara dengan seorang dokter yang kehilangan saudara laki-laki dan sepupunya pada malam sebelumnya,” katanya kepada penyiar BBC dalam klip yang diposting ICRC di X.

Pengusaha miliarder Elon Musk menawarkan jaringan satelit Starlink SpaceX miliknya untuk mendukung komunikasi di Gaza. Pengajuan ini sebagai bantuan untuk organisasi bantuan yang diakui secara internasional. Uluran bantuan ini pun membuat Israel meradang dan akan menentang tindakan tersebut.

“Hamas akan menggunakannya untuk kegiatan teroris,” tulis Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi di platform media sosial X.

“Mungkin Musk bersedia mengkondisikannya dengan membebaskan bayi, putra, putri, orang lanjut usia kami yang diculik. Semuanya! Pada saat itu, kantor saya akan memutuskan hubungan apa pun dengan Starlink," kata Karhi mengancam.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement