REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maria Julia Cassis sedang duduk untuk makan di teras rumahnya di London utara ketika putranya yang berusia 6 tahun berlari ke ruang makan dengan wajah yang pucat. Ketika putra Cassis sedang menikmati permainan video games, tiba-tiba di layar ponsel muncul semacam iklan yang menayangkan kelompok bersenjata sedang melakukan kekerasan.
Melalui layar hitam di ponsel itu, sebuah pesan dari Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, "Kami akan pastikan mereka yang merugikan kami membayar harga yang berat". Cassis, seorang barista berusia 28 tahun dari Brasil, mengatakan, iklan tersebut membuat putranya terguncang dan dia segera menghapus game tersebut.
“Dia terkejut,” kata Cassis.
Namun munculnya iklan kekerasan di dalam video game tidak hanya dialami keluarga Cassis. Setidaknya lima kasus lain telah didokumentasikan di seluruh Eropa, yaitu memunculkan video pro-Israel yang menampilkan rekaman serangan roket, ledakan api, dan orang-orang bersenjata bertopeng, diperlihatkan kepada para gamer, termasuk beberapa anak-anak. Setidaknya dalam satu kasus, iklan diputar di dalam game populer “Angry Birds” yang dibuat oleh pengembang milik SEGA, Rovio.
“Entah bagaimana iklan dengan konten yang mengganggu ini secara keliru berhasil masuk ke permainan kami,” ujar Rovio.
Juru bicara Lotta Backlund tidak memberikan rincian tentang mitra iklan mana yang telah memasok iklan tersebut. Menurut Kepala Bagian Digital di Kementerian Luar Negeri Israel, David Saranga, video tersebut memang merupakan iklan yang dipromosikan pemerintah. Namun Saranga mengklaim tidak mengetahui bagaimana video tersebut bisa muncul di berbagai permainan.
Saranga mengatakan, rekaman tersebut adalah bagian dari upaya advokasi yang lebih besar oleh Kementerian Luar Negeri Israel. Pemerintah Israel telah menghabiskan 1,5 juta dolar AS untuk iklan di internet sejak serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan. Serangan ini memicu pengeboman membabi buta yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Gaza.
Saranga menegaskan, para pejabat telah secara khusus menginstruksikan pengiklan untuk memblokirnya bagi orang-orang di bawah 18 tahun. Dia membela sifat grafis dari kampanye iklan tersebut.
“Kami ingin dunia memahami apa yang terjadi di Israel. Ini adalah pembantaian," kata Saranga.
Reuters menghubungi 43 perusahaan periklanan yang terdaftar di situs Rovio sebagai mitra data pihak ketiga untuk mencoba memastikan siapa yang memasang iklan di video game tersebut. Dari mitra tersebut, hanya 12 yang merespons, termasuk Amazon, Index Exchange, dan Pinterest. Ketiga perusahaan ini mengatakan, mereka tidak bertanggung jawab atas iklan yang muncul di Angry Birds.
Saranga mengatakan, Kementerian Luar Negeri telah menggelontorkan anggaran untuk membayar perusahaan iklan termasuk Taboola, Outbrain, Google dan X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Taboola dan Outbrain mengatakan, mereka tidak memiliki keterkaitan dengan iklan di video game tersebut. Sementar Google memasang lebih dari 90 iklan untuk Kementerian Luar Negeri Israel menolak berkomentar. Sedangkan X tidak menanggapi permintaan komentar.
Berikut beberapa game yang terselip iklan propaganda Israel...