Rabu 01 Nov 2023 06:30 WIB

Ruang Bedah Penuh, Dokter di RS Indonesia Terpaksa Lakukan Operasi di Koridor

RS Indonesia tiba-tiba menerima gelombang pasien yang terluka parah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kerusakan RS Indonesia di Gaza, Palestina yang disebabkan oleh bom dan rudal yang ditembakkan jet-jet tempur Israel yang membidik beberapa target di sekitar area RS Indonesia.
Foto: Dok MER-C
Kerusakan RS Indonesia di Gaza, Palestina yang disebabkan oleh bom dan rudal yang ditembakkan jet-jet tempur Israel yang membidik beberapa target di sekitar area RS Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Rumah Sakit Indonesia di Gaza tiba-tiba menerima gelombang pasien yang terluka parah akibat pengeboman Israel pada Selasa (31/10/2023). Petugas medis kemudian menyiapkan ruang operasi darurat di koridor rumah sakit karena ruang bedah utama penuh.

Para dokter berjuang dengan berkurangnya pasokan obat-obatan, pemadaman listrik, dan serangan udara atau artileri yang mengguncang gedung rumah sakit. Para dokter ahli bedah di Gaza bekerja sepanjang malam untuk mencoba menyelamatkan pasien yang terus berdatangan.

Baca Juga

“Kami memakan waktu satu jam karena kami tidak tahu kapan kami akan menerima pasien. Beberapa kali kami harus menyiapkan ruang bedah di koridor dan bahkan terkadang di ruang tunggu rumah sakit,” kata Dokter Mohammed al-Run.

Al-Run berbicara segera setelah pengeboman merusak Rumah Sakit Indonesia di dekat garis depan, ketika militer Israel bergerak maju ke Gaza dan pasokan bahan bakar untuk generator hampir habis. Otoritas kesehatan di Gaza menyatakan, lebih dari 8.500 orang telah tewas dalam serangan Israel, termasuk 3.500 anak-anak.

Kondisi rumah sakit di Gaza utara sangat sulit. Para pejabat di Rumah Sakit Persahabatan Turki mengatakan, pengeboman telah merusak bangsal perawatan pasien kanker.

“Pengeboman tersebut menyebabkan kerusakan besar dan membuat beberapa sistem elektro-mekanis tidak berfungsi. Hal ini juga membahayakan nyawa pasien dan tim medis,” kata Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki, Dr Sobi Skaik.

Meskipun pemadaman komunikasi total selama akhir pekan telah mereda sejak Senin (30/10/2023), banyak warga Gaza takut kehilangan kontak dengan teman dan kerabat akibat pengeboman tersebut. Untuk layanan darurat dan medis, terputusnya telepon dan internet menyebabkan masalah operasional yang signifikan.

Rumah Sakit Nasser di Khan Younis telah memperingatkan, mereka mungkin tidak dapat mengoperasikan rumah sakit karena generator yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi penyelamatan jiwa akan segera mati. Blokade Israel terhadap bahan bakar telah menganggu operasional rumah sakit.

“Dalam beberapa jam dari sekarang listrik akan padam karena terbatasnya bahan bakar yang tersedia,” kata seorang dokter ahli bedah Moaeen al-Masry, seraya menambahkan bahwa hal ini akan menyebabkan kematian pasien di perawatan intensif dan bangsal bedah.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra, mengatakan generator utama untuk Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit al-Shifa, di Kota Gaza, dapat dimatikan pada Rabu (1/11/2023) malam. Pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia hampir kehabisan bahan bakar dan harus memutus aliran listrik di sebagian besar fasilitas.

RS Indonesia saat ini memiliki sekitar 250 pasien. Karena letaknya dekat dengan garis depan di Gaza utara, rumah sakit tersebut telah menerima banyak pasien yang terjebak dalam pengeboman dan serangan Israel.

Sejak Israel memperluas operasi daratnya di Gaza pada Jumat (27/10/2023) distrik utara Beit Lahiya dan Beit Hanoun menjadi sasaran serangan hebat. Rekaman yang diperoleh Reuters menunjukkan, pada Selasa warga Palestina membawa jenazah ke rumah sakit dengan kereta keledai dari Beit Hanoun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement