REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Penyeberangan Rafah telah dibuka dari Gaza untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober, sehingga memungkinkan warga Palestina yang terluka bisa dibawa ke Mesir untuk mendapatkan perawatan. Setelah dibukanya pintu penyeberangan Rafah, memungkinkan juga sejumlah orang dari warga asing yang terjebak di Gaza juga dibawa menggunakan mobil keluar melalui gerbang perbatasan ini.
Puluhan warga Palestina yang terluka akan diizinkan meninggalkan daerah kantong yang dibombardir pada hari Rabu (1/11/2023), melalui penyeberangan Rafah untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit Mesir, menurut badan perbatasan di Gaza.
Sedangkan, kelompok warga negara asing pertama yang berangkat melalui Rafah, diantaranya warga negara Inggris. Hanya beberapa menit sebelum penyeberangan dibuka, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan bahwa ia memperkirakan "kelompok pertama warga negara asing" akan meninggalkan Gaza.
"Tim Inggris siap membantu warga negara Inggris segera setelah mereka dapat meninggalkan Gaza. Sangat penting agar bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dapat masuk ke Gaza secepat mungkin," tulisnya di X.
Sementara itu, Israel juga terus menggempur Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia. Kelompok-kelompok kemanusiaan mengutuk serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia tersebut, dan mengatakan bahwa serangan udara tersebut seharusnya menjadi "peringatan" bagi para pemimpin dunia untuk melakukan gencatan senjata di Gaza.
Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengatakan setidaknya 50 orang tewas dan banyak lainnya terluka dalam serangan tersebut. Diantaranya seorang insinyur penyiaran Aljazirah kehilangan 19 anggota keluarganya dalam serangan tersebut.
Perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, mengatakan layanan komunikasi dan internet kembali terputus di Gaza. Sedikitnya 8.525 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.