Rabu 01 Nov 2023 19:08 WIB

Korsel: Korut Kekurangan Dana untuk Program Satelit Mata-Mata

Korsel, Jepang, dan AS mengutuk pasokan senjata dan peralatan militer Korut ke Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Satelit Korea Utara gagal meluncur dan jatuh di Laut Kuning beberapa waktu lalu.
Foto: AP
Satelit Korea Utara gagal meluncur dan jatuh di Laut Kuning beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Anggota Parlemen Korea Selatan (Korsel) Yoo Sang-bum mengatakan Korea Utara (Korut) masih kekurangan sumber daya keuangan dan keahlian teknis dalam program satelit mata-matanya. Hal ini ia sampaikan usai menerima pengarahan dari Badan Intelijen Korsel (NIS) di Parlemen.

Yoo mengatakan berdasarkan arahan NIS, tampaknya Korut belum menguasai teknologi untuk memasukkan kembali hulu ledak rudal balistik antarbenua (ICBM) ke dalam atmosfer. Dalam pengarahan ini NIS mengatakan kepada anggota Parlemen Korsel, Korut telah melakukan lebih dari 10 kali pengiriman amunisi ke Rusia termasuk lebih dari satu juta peluru artileri.

Baca Juga

Korsel, Jepang, dan Amerika Serikat mengutuk pasokan senjata dan peralatan militer Korut ke Rusia. Dalam pernyataan bersamanya pekan lalu tiga negara itu mengaku memiliki bukti yang mengkonfirmasi pengiriman tersebut.

Pada Rabu (1/11/2023) Korsel mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan berkunjung ke Korsel pada tanggal 8-9 November. Ia akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Park Jin untuk mendiskusikan isu-isu Korea Utara.

Mengutip arahan NIS, Yoo mengatakan sebagai imbalan atas pengiriman senjata ke Moskow, Pyongyang berusaha mendatangkan jet tempur dan pesawat Rusia  lainnya. Korut membantah memasok senjata ke Rusia dan juga menepis laporan beberapa ahli militer senjatanya digunakan milisi Hamas dalam pertempuran melawan Israel.

Yoo mengatakan NIS juga mengungkapkan Korut mengirimkan delegasi yang sebagian besar terdiri dari para ahli artileri ke Rusia pada pertengahan Oktober. 

"Korea Utara juga terlihat mencoba menggunakan perang Israel-Hamas dengan berbagai cara, indikasi perintah Kim Jong Un untuk mencari cara untuk mendukung Palestina secara komprehensif telah diperoleh," katanya.

NIS melaporkan Korea Utara dan Cina berada di balik lebih dari 80 persen serangan siber terhadap Korea Selatan. NIS dan FBI telah membekukan aset yang setara dengan 3,45 juta dolar AS yang dicuri oleh Korea Utara melalui peretasan.  

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement