Kamis 02 Nov 2023 14:18 WIB

WHO Apresiasi Mesir Mau Terima 81 Warga Gaza yang Sakit dan Terluka

RS Al-Arish akan menjadi rujukan utama pertama bagi warga Gaza yang dievakuasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza melintasi gerbang perbatasan Rafah, di Rafah, Mesir, Sabtu (21/10/2023).
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza melintasi gerbang perbatasan Rafah, di Rafah, Mesir, Sabtu (21/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengapresiasi keputusan Mesir menerima 81 warga Palestina dalam kondisi sakit dan terluka dari Jalur Gaza untuk menerima perawatan di negara tersebut. Ke-81 warga Gaza  itu dievakuasi dari jalur penyeberangan Rafah pada Rabu (1/11/2023) lalu.

Dalam keterangannya, WHO menyampaikan, mereka telah berupaya mendukung Kementerian Kesehatan Mesir dalam merencanakan dan membangun sistem triase, stabilisasi, serta evakuasi medis yang komprehensif. Caranya dengan memberikan pelatihan berkelanjutan bagi staf layanan kesehatan.

Baca Juga

WHO juga bekerja sama dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Mesir untuk memastikan bahwa layanan dukungan trauma psikologis tersedia bagi para pasien.

WHO mengungkapkan, Rumah Sakit (RS) Al-Arish akan menjadi rumah sakit rujukan utama pertama bagi warga yang dievakuasi dari Gaza. WHO menyebut, RS Al-Arish memiliki fasilitas resusitasi dan perawatan intensif yang lengkap.

RS itu pun mempunyai sejumlah tim bedah untuk menangani cedera parah, termasuk trauma besar dan luka bakar. Menurut WHO, pengaturan rujukan ke RS lini kedua di Mesir juga sudah tersedia.

WHO mengingatkan, saat ini ribuan orang di Gaza membutuhkan akses terhadap layanan kesehatan yang mendesak dan penting di tengah minimnya ketersediaan obat-obatan serta logistik medis.

“Mereka yang sangat membutuhkan termasuk ribuan warga sipil yang terluka parah (kebanyakan dari mereka adalah anak-anak); lebih dari 1.000 orang yang membutuhkan dialisis ginjal untuk tetap hidup; lebih dari 2.000 pasien yang menjalani terapi kanker; 45 ribu orang dengan penyakit kardiovaskular; dan lebih dari 60 ribu orang dengan penyakit kardiovaskular; diabetes,” ungkap WHO, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

“Pasien-pasien ini harus dapat memiliki akses berkelanjutan terhadap layanan kesehatan di Gaza. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya harus dilindungi dari pemboman dan penggunaan militer,” tambah WHO.

Sebelum Israel memulai serangannya ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, sekitar 100 pasien perlu mengakses layanan kesehatan khusus di luar Jalur Gaza setiap harinya. Hal itu karena minimnya layanan kesehatan khusus yang dibutuhkan di Gaza.

Mengingat situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, WHO menyerukan akses mendesak dan dipercepat terhadap bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, air, makanan, serta pasokan medis, ke seluruh Jalur Gaza. WHO pun berharap akan ada akses bagi warga Gaza yang harus dirujuk keluar dari wilayah tersebut.

“Pada akhirnya, WHO menyerukan gencatan senjata kemanusiaan untuk mencegah kerugian dan penderitaan lebih lanjut,” katanya.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan, hingga Rabu lalu, jumlah warga yang terbunuh sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 8.805 jiwa, termasuk di dalamnya 3.648 anak-anak. Sementara korban luka telah melampaui 22 ribu orang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement