Ahad 05 Nov 2023 15:38 WIB

Tindakan Terakhir Memuliakan Jenazah Para Martir di Gaza

Jenazah para syuhada Palestina dikuburkan secara cepat dengan segala keterbatasan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina mencari jenazah dan korban selamat di reruntuhan bangunan tempat tinggal yang rata akibat serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Younis di Jalur Gaza selatan,  (3/11/2023).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina mencari jenazah dan korban selamat di reruntuhan bangunan tempat tinggal yang rata akibat serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Younis di Jalur Gaza selatan, (3/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Masyarakat Palestina sering menyebut mereka yang gugur dalam serangan Israel sebagai martir. Prosesi pemakaman mereka biasanya memiliki makna mendalam bagi masyarakat di komunitas tersebut.

Tapi serangan luar biasa yang terjadi saat ini di Gaza telah menghentikan tidak hanya prosesi tersebut. Jenazah juga harus mendapatkan ritual penguburan yang berbeda dari yang biasanya dilakukan.

Baca Juga

Dalam keadaan normal, setelah dimandikan, jenazah orang yang dicintai dibawa ke rumah keluarga dengan para perempuan dapat mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Kemudian jenazah dibawa ke masjid untuk disholatkan oleh para laki-laki, sebelum diangkut baik dengan kendaraan atau dibawa oleh orang-orang secara bersamaan ke pemakaman.

BACA JUGA: Doa Qunut Nazilah untuk Warga Palestina yang Berada dalam Peperangan

Abu Ammar adalah pengawas memandikan jenazah sesuai ritual Islam di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el -Balah. Dia mengatakan, telah menerima ratusan jenazah setiap hari sejak serangan dimulai hampir empat minggu lalu.

Kini, sholat jenazah dilakukan di halaman rumah sakit segera setelah jenazah dimandikan. Proses ini pun hanya dihadiri segelintir orang atau siapa saja yang ada, sebelum dibawa untuk dimakamkan di kuburan massal tanpa nisan, bukan di kuburan tunggal dengan nisan marmer.

“Sebelum perang, jenazah orang dewasa akan dibungkus dengan tiga kain kafan yang berbeda. Kami mencucinya dua kali dengan air dan sabun, dan ketiga kalinya menggunakan kapur barus. Namun dalam kondisi saat ini, kami tidak mempunyai waktu atau sarana untuk melakukan hal tersebut," ujar Ammar.

Tapi, Ammar menyatakan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement