REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bertemu dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang. Albanese mengatakan, pertemuan tahunan antarpemimpin akan dilanjutkan sementara hubungan antarmitra dagang distabilkan.
Albanese melakukan kunjungan pertama pemimpin Australia ke Cina dalam tujuh tahun. Ketegangan diplomatik sempat menunda pertemuan tahunan pemimpin dua negara.
Presiden Cina Xi Jinping mengatakan menstabilkan hubungan Cina dan Australia akan memberi manfaat pada kepentingan dua negara dan kedua negara harus memperluas kerja sama. Hal ini menjadi sinyal Cina sudah dapat melangkah maju dari ketegangan terakhir.
"Fakta pertemuan ini akan terus berlanjut sangat penting bagi hubungan kami," kata Albanese dalam pidato pembukaannya kepada Li di Aula Besar Rakyat, Senin (6/11/2023).
Cina telah mencabut blokade perdagangan terhadap sebagian besar ekspor Australia yang diberlakukan pada tahun 2020. Langkah ini diambil setelah Australia mendorong penyelidikan internasional terhadap asal-usul pandemi Covid-19.
Dalam transkrip yang dibagikan kantor perdana menteri Australia, Albanese mengatakan mereka akan membahas "dimulainya kembali perdagangan bebas dan tanpa hambatan antara kedua negara kita", serta "cara-cara untuk membentuk tatanan regional dan global yang damai, stabil, dan sejahtera."
"Di mana ada persaingan geostrategis, kami semua harus mengelolanya dengan hati-hati, melalui dialog dan melalui pemahaman," katanya.
Data bea cukai Cina pada Selasa (7/11/2023) menunjukkan impor Cina dari Australia pada bulan Oktober tumbuh 12 persen dari tahun sebelumnya menjadi 11,96 miliar dolar AS. Naik 4,9 persen dari pada bulan September.
Dari Januari hingga Oktober, impor Cina naik 8,4 persen menjadi 128,76 miliar dolar AS. Tahun lalu, impor dari Australia turun 12,7 persen menjadi 142,1 miliar dolar AS.