REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Angkatan Darat AS membutuhkan persetujuan dari Kongres untuk pengajuan anggaran sebesar 3,1 miliar dolar AS atau setara Rp 46,875 triliun (kurs Rp 15.625 per dolar AS). Anggaran tersebut untuk membeli peluru artileri 155 milimeter dan menambah produksi amunisi untuk menggantikan stok yang habis akibat pengiriman ke Ukraina dan Israel, kata seorang pejabat Angkatan Darat pada Selasa (7/11/2023).
AS dan sekutunya telah mengirimkan lebih dari 2 juta butir amunisi yang terdiri dari 155 butir ke Ukraina untuk mendukung upaya Ukraina menghadapi invasi Rusia. AS juga telah mengirim artileri ke Israel saat mereka memerangi Hamas di Gaza.
Kepala Bagian Pengadaan Senjata untuk Angkatan Darat AS, Dough Bush, mengatakan kepada wartawan bahwa anggaran tambahan yang saat ini sedang dipertimbangkan oleh Kongres sebagai bagian dari permintaan Presiden Joe Biden sebesar 106 miliar dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk memodernisasi atau membangun fasilitas produksi artileri 155 milimeter di banyak negara bagian termasuk Texas, Tennessee, Virginia dan Kalifornia.
“Pendanaan ini akan memperluas jalur produksi, memperkuat perekonomian Amerika dan menciptakan lapangan kerja baru,” kata Bush kepada wartawan.
Bush menuturkan, dari total anggaran 3,1 miliar dolar AS yang diajukan, sekitar setengahnya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas industri dan sisanya untuk membeli amunisi.
Bagian lain dari permintaan tambahan Biden senilai $106 miliar, di luar $3,1 miliar yang dialokasikan untuk artileri 155 milimeter, akan digunakan untuk mendanai perluasan amunisi lainnya, kata Bush, termasuk dana untuk meningkatkan tingkat produksi tahunan pencegat pertahanan udara Patriot menjadi 650 dari 550.
Permintaan peluru artileri 155 mm melonjak setelah invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Persediaan untuk pertahanan mereka sendiri telah berkurang karena mereka mengirimkan peluru ke Kyiv, yang menembakkan ribuan peluru per hari.
AS berencana untuk meningkatkan jumlah produksi bulanan peluru artileri 155 milimeter menjadi 100.000 pada tahun 2025.
Dalam laporan pendapatan terbarunya, produsen amunisi AS, General Dynamics, mengatakan pihaknya mendapat manfaat dari pengeluaran Pentagon untuk mengganti peralatan yang dikirim ke Ukraina, termasuk artileri 155 milimeter.