REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan darat Israel di Jalur Gaza bertujuan untuk menemukan dan melumpuhkan jaringan terowongan besar Hamas di bawah wilayah kantong tersebut pada Rabu (8/11/2023). Kini Gaza City yang merupakan benteng utama Hamas di wilayah tersebut telah dikepung.
"Satu target, Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker, ruang komunikasi," ujar Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas. Terowongan ini membentang ratusan kilometer di bawah Gaza.
Israel mengatakan, pasukannya telah maju ke jantung kota yang padat penduduknya, sementara Hamas mengatakan para pejuangnya telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang. Menurut sumber-sumber di Hamas dan kelompok Jihad Islam, tank-tank Israel menghadapi perlawanan sengit dari pejuang Hamas yang menggunakan jaringan terowongan untuk melancarkan penyergapan.
Israel telah menyuarakan bahwa operasi militer dapat semakin membahayakan para sandera yang diyakini ditahan di terowongan. Juru bicara Brigade Al Qassam Abu Ubaida mengatakan sebelumnya, bahwa 23 jenazah dari 60 sandera Israel hilang terjebak di bawah reruntuhan.
Israel mengatakan, mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan. Hamas mengatakan mereka tidak akan berhenti berperang saat Gaza terus diserang.
“Saya menantang (Israel) apakah hingga saat ini mereka mampu mencatat pencapaian militer apa pun di lapangan selain membunuh warga sipil,” kata pejabat senior Hamas Ghazi Hamad.
“Gaza tidak bisa dipecahkan dan akan tetap menjadi duri di tenggorokan Amerika dan Zionis,” kata Hamad.
Terlebih lagi Israel sejauh ini masih belum jelas mengenai rencana jangka panjang jika mencapai tujuan yang dinyatakan untuk mengalahkan Hamas. Dalam beberapa komentar langsung pertama mengenai masalah ini, Netanyahu mengatakan, Israel akan berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di Gaza untuk jangka waktu yang tidak terbatas setelah perang.
Tapi para pejabat mengatakan Israel tidak tertarik untuk mengatur daerah kantong tersebut. Gallant mengatakan, bahwa setelah perang selesai, baik Israel maupun Hamas tidak akan memerintah Gaza.