REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu momen telah membuka banyak mata publik dunia saat sebuah ledakan sangat mematikan dari artileri Israel menghancurkan Rumah Sakit Baptis Al Ahli pada 17 Oktober 2023 lalu. Bom Israel yang menghancurkan fasilitas medis milik umat Kristen di Gaza ini menewaskan hampir 500 orang, demikian menurut otoritas kesehatan Palestina.
Dua hari berselang, tentara penjajah Israel mengebom Gereja Santo Porphyrius. Serangan bom Israel menewaskan sedikitnya 18 orang dari ratusan Muslim dan Kristen yang saat itu sedang berlindung di gereja tertua di Jalur Gaza tersebut.
‘’Patriarkat Ortodoks Yerusalem menggambarkan serangan terhadap gereja tersebut sebagai kejahatan perang,’’ sebut Aljazeera dalam laporannya berjudul ‘Under Israeli Attack: Who Are The Christians of Gaza?’.
Komunitas Kristen Palestina terguncang. Namun, sebagian besar umat Kristen di Gaza memilih tidak meninggalkan kampung halaman mereka yang dikepung penjajah zionis Israel.
Umat Kristen Gaza memilih bertahan karena mereka memiliki kekayaan warisan Kristen yang terjaga sejak dua ribu tahun lalu, yakni Gereja Santo Porphyrius. Bahkan, warisan tersebut tetap terjaga hingga di bawah kekuasaan Islam.
Serangan mematikan terhadap rumah sakit Kristen dan Gereja Santo Porphyrius telah mengubah banyak simpati dunia, khususnya negara yang mayoritas berpenduduk Kristen. Mereka menemukan fakta yang cukup mengejutkan di Gaza.
‘’Warga Gaza selama ini tidak seratus persen muslim. Ada warga Kristen di Gaza. Mereka hidup berdampingan di bawah kekuasaan Hamas, sesuatu yang tak mungkin diceritakan oleh media Barat,’’ sebut Aljazeera.