Kamis 09 Nov 2023 13:48 WIB

Aljazirah Hapus Video yang Sebut Normalisasi Saudi-Israel Tindakan Bunuh Diri

Pangeran MBS dinilai 'bunuh diri' jika menormalisasi hubungan dengan Israel

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.
Foto:

Selama diskusi, Rasheed ditanya oleh Hill apakah dia yakin Saudi akan menormalisasi hubungannya dengan Israel, sebuah langkah yang didorong oleh pemerintahan AS di bawah Donald Trump dan Joe Biden. Setelah kunjungan Menteri Pertahanan Saudi Pangeran Khalid bin Salman ke Washington pekan lalu, Hill mencatat bahwa juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan bahwa kerajaan masih berkomitmen terhadap rencana tersebut.

"Saya pikir jauh di lubuk hati, putra mahkota Arab Saudi ingin mengambil langkah maju, tetapi dia tidak bisa melakukannya saat ini hanya karena kehancuran yang dilihat setiap orang Saudi di layar mereka, di media sosial," kata Rasheed.

Hill kemudian meminta Rasheed menjelaskan maksudnya. “Dia mungkin tidak akan bertahan sebagai calon raja Arab Saudi jika dia terus maju dan bersikap normal dalam konteks perang ini,” jawabnya.

Rasheed juga mempertanyakan mengapa normalisasi hubungan Israel dan tujuh negara Arab sejak 2020 disebut sebagai perjanjian damai berdasarkan Abraham Accords yang dipimpin AS. “Jika Anda melihat UEA atau Maroko, mereka tidak pernah berperang dengan Israel. Jadi menyebutnya sebagai perjanjian damai tidak ada artinya dan tidak akurat… Jika kita berbicara tentang perjanjian damai, maka itu harus antara Israel dan rakyatnya yang tinggal di tempat seharusnya,” katanya.

“Abraham Accords memproyeksikan era baru di Timur Tengah di mana perdamaian akan terwujud. Kita masih berada di titik nol, di mana senjata perang dan serangan udara menjadi bahasa sehari-hari. Bukan perdamaian yang dibicarakan. Ini adalah perang," ujar Rasheed.

Duss yang menjabat sebagai penasihat kebijakan luar negeri Senator Bernie Saunders dari 2017 hingga 2022 mengaku setuju dengan penilaian Rasheed. “Penting untuk diingat, Arab Saudi, seperti sebagian besar rezim di kawasan ini, hidup dalam ketakutan terhadap rakyatnya. Dan rakyatnya, di tingkat mayoritas, masih banyak dukungan untuk perjuangan Palestina,” ujarnya.

Menurut Duss, upaya pemerintahan Biden terhadap Abraham Accords sebagai konsep keamanan untuk kawasan telah terbalik oleh peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. “Premis keseluruhannya adalah kita dapat mencapai stabilitas, mencapai kepentingan Amerika, mengeluarkan Cina dari kawasan ini melalui kesepakatan pertahanan ini. Itu tidak akan berhasil,” katanya.

“Saya pikir banyak dari kita yang mengetahui wilayah ini dan telah mempelajarinya menduga hal ini tidak akan berhasil. Namun pertanyaan saya adalah, apakah pemerintahan Biden tahu bahwa hal ini tidak akan berhasil?” kata Duss. Dwina Agustin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement