REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menurut tangkapan layar daring yang beredar, Israel on Campus Coalition (ICC) menawarkan 250 dolar AS kepada mahasiswa untuk menghadiri demonstrasi "pro-Israel" di Washington, DC, pada 14 November 2023. Unjuk rasa tersebut disponsori oleh Jewish Federations of North America (JFNA) dan Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations.
"Direncanakan aksi besar-besaran pro-Israel pada Selasa depan, 14/11 di Washington DC (satu juta diprediksi). Israel on Campus Coalition (ICC) menawarkan 250 dolar AS buat mahasiswa yang datang ke aksi tersebut," ujar tulisan di tangkapan layar yang tersebar di media sosial.
CEO JFNA Eric Fingerhut dikutip dari dailydot menjelaskan, dana itu merupakan hibah mikro yang ditawarkan ICC untuk penggantian biaya menghadiri unjuk rasa March For Israel tersebut. “Para peserta akan menuntut pengembalian sekitar 240 sandera yang diculik oleh teroris Hamas selama serangan gencar mereka pada 7 Oktober terhadap Israel,” ujar keterangannya.
“Mereka juga akan menyerukan upaya untuk memerangi antisemitisme, yang meningkat di seluruh dunia sejak serangan tersebut. Dan mereka akan menunjukkan dukungan mereka terhadap dukungan tanpa malu-malu yang sejauh ini diterima Israel dari kedua partai di Kongres dan pemerintahan Biden," ujarnya.
Versi arsip dari halaman ICC menunjukkan bahwa dana hibah mikro dikhususkan untuk demonstrasi tersebut, dan mencakup bidang-bidang dalam formulir untuk menggambarkan inisiatif kampus pro-Israel. Halaman aplikasi untuk mengikuti aksi tersebut pun ditutup sementara.
“Kami dengan bangga mengumumkan bahwa kami telah berhasil mengalokasikan dana untuk membantu ribuan mahasiswa menghadiri acara tersebut. Aplikasi ICC Microgrant ditutup sementara," kata keterangan halaman tersebut.
ICC menggambarkan misinya sebagai inspirasi mahasiswa AS untuk melihat Israel sebagai sumber kebanggaan dan memberdayakan mereka untuk membela Israel di kampus. Mereka membayangkan kampus perguruan tinggi AS sebagai tempat para pendukung Israel merasa percaya diri untuk secara terbuka merayakan negara Yahudi.
"Dengan gerakan anti-Israel dipinggirkan, dan di mana seluruh komunitas kampus menghargai kontribusi Israel kepada dunia," ujar keterangan yang dibagikan.
ICC tidak menanggapi pertanyaan tentang sumber pendanaan atau berapa banyak siswa yang telah menerima dana hibah. Hanya ada keterangan di halaman web mereka yang merujuk pada “ribuan” pelamar yang telah dialokasikan.
Setelah pecahnya perang antara Israel dan Palestina, kampus-kampus dan mahasiswanya melakukan aksi pro-Palestina. Mereka mendapat kecaman karena kelompok muda pro-Palestina dan pengunjuk rasa secara rutin dijuluki antisemit oleh para penentangnya.
Puluhan ribu orang secara organik hadir dalam demonstrasi pro-Palestina dalam beberapa minggu terakhir di seluruh dunia. Di internet, beberapa poster melihat tawaran hibah mikro sebagai bukti bahwa dukungan untuk demonstrasi pro-Israel serupa bukan tindakan asli.
“Kalian semua. Pendukung Israel harus membayar orang untuk ikut melakukan protes mereka,” tulis salah satu poster di X.
Pengguna media sosial lain mengusulkan untuk mengambil uang itu dan lari. “Seperti kata anak GenZ, ngeri,” tulis yang lain.