REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam atau the Council on American-Islam Relations (CAIR) mengancam tidak akan memilih Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) tahun depan. Biden dipandang telah mengabaikan penderitaan dan terlibat dalam genosida masyarakat Palestina di Jalur Gaza.
“Kami mengatakan kepadanya secara langsung, dalam kapasitas pribadi kami, bahwa jika Anda tidak menyerukan gencatan senjata segera (di Gaza), Anda tidak akan mendapatkan suara kami pada tahun 2024. Tidak ada kemungkinan bagi kami untuk memilih dia atau memberinya dukungan apa pun,” kata Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, Jumat (10/11/2023).
Pernyataan Awad muncul setelah Biden menyatakan dalam kunjungannya ke Illnois bahwa tak ada kemungkinan penerapan gencatan senjata di Gaza. “Pemerintahan Biden, dalam pandangan kami, telah mengkhianati pemilih Muslim Amerika dan gerakan pro-Palestina, yang dijanjikan bahwa ia akan mengutamakan hak asasi manusia dalam kebijakannya, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Awad.
Dia menilai, pemerintahan Biden memberikan lampu hijau atas kekejaman Israel terhadap warga Palestina. Sebab AS menyediakan dukungan politik, dana, bahkan pasokan persenjataan bagi Israel. “Apa yang kami lihat darinya adalah dukungan sepihak terhadap Israel,” ucapnya.
Menurut Awad, kalangan Muslim Amerika serta Arab-Amerika dan Palestina sangat frustrasi dengan pemerintahan Biden. “Merupakan pengalaman yang memalukan melihat presiden ini. Tidak hanya terlibat dalam kekejaman, tapi juga bermitra dalam kekejaman dan genosida terhadap rakyat Palestina,” katanya.
“Dia (Biden) mengabaikan rakyat kami dan kami akan mengabaikannya dalam pemilu. Tidak ada uang dan tidak ada suara untuk Biden atau Partai Demokrat,” ujar Awad menambahkan.
Jumlah warga Palestina di Jalur Gaza yang terbunuh dalam serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menembus 11.078 ribu jiwa.“Para korban (meninggal) termasuk 4.506 anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara 27.490 orang terluka,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza Ashraf al-Qudra pada konferensi pers Jumat lalu, dikutip Anadolu Agency.
Dia menambahkan, sebanyak 2.700 orang, termasuk 1.500 anak-anak, juga dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang rata akibat serangan Israel. “Agresi Israel juga telah menyebabkan 198 petugas medis tewas dan 53 ambulans hancur,” ujar Al-Qudra.
Penanganan para korban luka di Gaza kian sulit dilakukan karena dalam serangannya Israel terus membidik fasilitas-fasilitas kesehatan. “Israel menargetkan 135 institusi kesehatan dan membuat 21 rumah sakit serta 47 pusat kesehatan primer tidak dapat beroperasi,” ucap Al-Qudra.