REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina pada Sabtu (11/11/2023) mengatakan bayi-bayi di Rumah Sakit Al-Quds di Gaza mengalami dehidrasi di tengah gempuran Israel terhadap rumah sakit.
“Bayi-bayi di Rumah Sakit Al-Quds menderita dehidrasi akibat kekurangan ASI,” demikian pernyataan organisasi HAM itu di X.
Disebutkan pula bahwa staf medis di rumah sakit tersebut terus bekerja sepanjang waktu meskipun terjadi pemadaman listrik dan gencarnya serangan udara Israel.
Presiden Federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (IFRC), Francesco Rocca, mendesak komunitas internasional agar menyelamatkan bayi-bayi di Gaza.
"Cukup! Bagaimana komunitas internasional bisa menerima situasi itu di Gaza?" tulis Rocca di platform tersebut.
“Bayi-bayi di inkubator dan pasien di ICU mempertaruhkan nyawa di rumah sakit Al-Quds.”
Tak hanya RS Al-Quds, rumah sakit lainnya di Gaza pun berada dalam titik kritis. Seorang dokter dari Inggris tak kuasa menahan tangis ketika membacakan pesan darurat dari direktur RS Al-Shifa untuk dunia. Dokter dan tenaga kesehatan sudah kewalahan menangani korban serangan yang tak kunjung berhenti. Bahkan sudah ada 200 dokter dan tenaga kesehatan yang gugur karena serangan tersebut.
A British doctor breaks down while reading an emergency message from the director of Al-Shifa Hospital in #Gaza, as healthcare workers gather in front of the Prime Minister's office in London, holding banners bearing the names of more than 200 doctors killed by Israel so far. pic.twitter.com/87IWfJbG2r
— Quds News Network (@QudsNen) November 11, 2023
Israel terus melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza, termasuk rumah sakit, tempat tinggal dan tempat ibadah, sejak kelompok perlawanan Palestina Hamas melancarkan serangan lintas batas pada 7 Oktober.
Sedikitnya 11.078 warga Palestina, termasuk 4.506 anak dan 3.027 perempuan, tewas akibat agresi Israel. Sementara itu, jumlah korban tewas di pihak Israel hampir mencapai 1.200 orang, menurut angka resmi.