Senin 13 Nov 2023 07:02 WIB

RS Al-Quds Berhenti Beroperasi

Rumah Sakit al-Quds, yang terbesar kedua di Gaza, telah berhenti beroperasi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, Rumah Sakit al-Quds, yang terbesar kedua di Gaza, telah menghentikan operasinya karena kehabisan bahan bakar.
Foto: Anadolu
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, Rumah Sakit al-Quds, yang terbesar kedua di Gaza, telah menghentikan operasinya karena kehabisan bahan bakar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, Rumah Sakit al-Quds, yang terbesar kedua di Gaza, telah menghentikan operasinya karena kehabisan bahan bakar. Sementara pasukan Israel terus mengebom Gaza dan sejumlah rumah sakit lainnya.

“Rumah sakit dibiarkan mengurus dirinya sendiri di bawah pengeboman Israel yang terus-menerus, menimbulkan risiko besar bagi staf medis, pasien, dan warga sipil yang menjadi pengungsi,” kata PRCS dalam sebuah pernyataan pada Ahad (12/11/2023), dilansir Aljazirah.

Baca Juga

“Penghentian layanan ini disebabkan menipisnya ketersediaan bahan bakar dan pemadaman listrik.  Staf medis melakukan segala upaya untuk memberikan perawatan kepada pasien dan korban luka, bahkan menggunakan metode medis yang tidak konvensional di tengah kondisi kemanusiaan yang mengerikan dan kekurangan pasokan medis, makanan, dan air,” kata PRCS menambahkan.

Organisasi tersebut mengatakan, mereka meminta pertanggungjawaban komunitas internasional dan para penandatangan Konvensi Jenewa Keempat atas hancurnya sistem layanan kesehatan di Gaza dan krisis kemanusiaan yang mengerikan. Juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Tommaso Della Longa mengatakan, Rumah Sakit al-Quds telah terputus dari dunia luar dalam enam hingga tujuh hari terakhir.

“Tidak ada jalan masuk, tidak ada jalan keluar,” kata Della Longa.

Selain Rumah Sakit Al-Quds, Rumah Sakit al-Shifa yang merupakan fasilitas kesehatan besar lainnya di Gaza utara, sekarang juga ditutup untuk pasien baru. Staf RS al-Shifa mengatakan bahwa pengeboman Israel, kurangnya bahan bakar dan obat-obatan menyebabkan mereka yang sudah dirawat bisa meninggal.

Rumah sakit di wilayah utara Gaza telah diblokade oleh pasukan Israel dan hampir tidak mampu merawat mereka yang berada di dalamnya. Staf medis mengatakan, semakin banyak orang yang terbunuh dan terluka setiap hari, namun semakin sedikit tempat yang bisa dituju oleh korban luka.

“Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya akses sehingga dia bisa mendapatkan jahitan,” kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan karena khawatir tidak ada tempat yang aman di Gaza.

Seorang ahli bedah plastik di Rumah Sakit al-Shifa mengatakan, pengboman di gedung inkubator telah memaksa mereka untuk menjajarkan bayi prematur di tempat tidur biasa, menggunakan sedikit daya yang tersedia untuk menyalakan AC. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra mengatakan, tembakan Israel meneror pejabat medis dan warga sipil. Serangan Israel telah membunuh lebih dari 11.000 orang di Gaza dalam lima minggu, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement