REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi mengakui pada Ahad (12/11/2023) bahwa militer gagal melindungi permukiman Yahudi di dekat Jalur Gaza selama serangan mendadak yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober. Halevi menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan dengan para pemimpin kota dari Israel selatan.
“Kami menyadari kegagalan tersebut. Kami gagal melindungi masyarakat. Kami tidak mempersiapkan skenario seperti itu,” kata Halevi menurut lapor harian Yedioth Ahronoth.
Serangan infiltrasi Hamas mengejutkan banyak pihak karena berhasil mengguncang pertahan Israel yang canggih. Sebuah pasukan kecil Palestina yang berjumlah lebih dari 2.000 pejuang bergerak untuk mengambil alih beberapa pangkalan militer dan benteng di selatan Israel.
Dalam beberapa jam, dengan menggunakan kombinasi serangan rudal, drone, senjata ringan, sepeda motor, dan power glider, para pejuang Hamas mampu mengalahkan semua kekuatan yang memblokade Gaza. Setelah guncangan awal, tentara Israel kesulitan melancarkan respons yang terkoordinasi.
Menurut laporan Aljazirah, beberapa unit cadangan membutuhkan waktu berjam-jam untuk tiba di lokasi dan ketika mereka tiba, pertempuran dengan pejuang Hamas sama sekali tidak direncanakan dengan matang.
Menurut laporan, warga sipil yang disandera dan tentara Israel mungkin terbunuh dalam baku tembak atau karena penggunaan tembakan sembarangan, serangan udara, dan tank untuk menargetkan pejuang Hamas di Kibbutzim. Militer tidak dapat memperoleh kembali kendali penuh atas wilayah selatan selama beberapa hari.
Penyataan Halevi menjadi pengakuan atas ketidakcakapan pencegahan yang seharusnya dilakukan pihak keamanan sehingga menurut laporan resmi pemerintah Israel, memakan korban jiwa hampir 1.200. “Kami akan mempelajari segalanya, dan kami akan mengambil pelajaran. Kami bertekad untuk menyelesaikan misi dan menghancurkan Hamas," ujar Halevi dikutip dari Anadolu Agency.
Israel telah melakukan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza termasuk terhadap rumah sakit, tempat tinggal dan rumah ibadah sejak kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan lintas batas pada 7 Oktober. Sejak itu, jumlah kematian dalam serangan Israel yang sedang berlangsung telah melampaui 11.100 orang, termasuk lebih dari 8.000 perempuan dan anak-anak.