REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa tidak ada keberatan untuk mengevakuasi bayi prematur dari rumah sakit Al-Shifa di Gaza. Namun, sayangnya tidak ada mekanisme untuk melakukan evakuasi.
“Kami tidak keberatan jika bayi-bayi tersebut dipindahkan ke rumah sakit mana pun, di Mesir, Tepi Barat atau bahkan ke rumah sakit pendudukan (Israel). Yang paling kami pedulikan adalah kehidupan bayi-bayi tersebut,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qidra, Selasa (14/11/2023).
Komentar tersebut muncul setelah Israel mengatakan pihaknya mengoordinasikan pemindahan inkubator ke wilayah kantong yang terkepung. Inkubator untuk bayi prematur telah dimatikan di RS Al-Shifa - rumah sakit terbesar di Gaza – setelah fasilitas tersebut kehabisan pasokan listrik.
Sebuah laporan dari Aljazirah pada hari Selasa (14/11/2023) memperlihatkan kondisi genting yang dialami bayi-bayi yang lahir prematur di Gaza karena pihak RS Al-Shifa harus mematikan inkubator karena kekurangan listrik. Kekurangan pasokan listrik ini disebabkan oleh pengepungan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
A report from Al Jazeera on Tuesday shows the precarious condition Gaza’s prematurely born babies are in as al-Shifa hospital had to switch off incubators due to a lack of electricity, caused by Israel’s ongoing siege of the Gaza Strip pic.twitter.com/rfpTSb09bV
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) November 14, 2023
Pada hari Senin, seorang dokter senior di RS Al-Shifa mengatakan kepada Middle East Eye bahwa lima bayi prematur telah meninggal dan lainnya berisiko mengalami kematian dalam waktu dekat. “Sayangnya, situasi ini berarti kita menunggu mereka meninggal satu per satu,” kata Ahmad Mukhallati, kepala departemen bedah plastik di RS Al-Shifa, seraya menambahkan bahwa lima bayi prematur telah meninggal dalam beberapa hari terakhir.
“(Bayi-bayi tersebut) harus diisolasi sepenuhnya dari lingkungan sekitar agar tidak tertular karena kekebalannya belum matang,” ujarnya.
Namun karena pemadaman listrik, bayi-bayi tersebut dipindahkan ke tempat tidur normal – kondisi di mana mereka tidak dapat bertahan hidup.