Kamis 16 Nov 2023 16:20 WIB

Bertemu Joe Biden, Xi Sebut Taiwan Isu Paling Berbahaya Bagi Hubungan AS-Cina

Cina lebih memilih reunifikasi damai dengan Taiwan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Presiden  AS Joe Biden menyambut Presiden Cina Xi Jinping di Filoli Estate di Woodside, California, Rabu, 15 November 2023, di sela-sela konferensi Koperasi Ekonomi Asia-Pasifik.
Foto: Doug Mills/The New York Times vi
Presiden AS Joe Biden menyambut Presiden Cina Xi Jinping di Filoli Estate di Woodside, California, Rabu, 15 November 2023, di sela-sela konferensi Koperasi Ekonomi Asia-Pasifik.

REPUBLIKA.CO.ID, WOODSIDE -- Pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan Presiden Cina Xi Jinping memberitahu Presiden AS Joe Biden, saat ini Taiwan merupakan isu paling berbahaya bagi hubungan AS-Cina. Hal itu disampaikan dalam pertemuan Xi dan Biden yang berlangsung selama empat jam.

Pejabat itu mengutip Xi yang mengatakan Cina lebih memilih "reunifikasi" damai dengan Taiwan yang Beijing klaim bagian dari Cina. Tapi kemudian ia berbicara tentang kondisi-kondisi yang mungkin kekuatan dapat digunakan.

Baca Juga

Pejabat itu mengatakan Xi mencoba mengindikasi Cina tidak mempersiapkan invasi skala besar ke Taiwan. Tapi hal itu tidak mengubah pendekatan AS.

"Presiden Xi menekankan ini merupakan isu terbesar, yang paling berbahaya bagi hubungan AS-Cina, disampaikan dengan tegas, anda tahu, mereka lebih memilih reunifikasi damai tapi kemudian segera beralih ke kondisi-kondisi yang memungkinkan kekuatan dapat digunakan," kata pejabat AS tersebut merujuk pernyataan Xi tentang Taiwan, Rabu (15/11/2023).

Biden menanggapinya dengan memastikan pada Xi, Washington bertekad menjaga perdamaian di kawasan. "Presiden Biden menanggapinya dengan sangat jelas posisi lama Amerika Serikat yang bertekad menjaga perdamaian dan stabilitas, Presiden Xi meresponnya: lihat, perdamaian adalah semuanya baik dan bagus tapi di satu titik kami perlu bergerak ke resolusi yang lebih umum," kata pejabat itu.

Sudah lama Cina memainkan pendekatan tongkat-dan-wortel terhadap Taiwan, dengan berjanji mengupayakan "reunifikasi" dengan damai tapi di saat yang sama mengancam dengan kekuatan militer. Dalam satu tahun terakhir Beijing menggelar latihan skala besar di sekitar pulau tersebut.

Kementerian Luar Negeri Taiwan merespon pertemuan Biden dan Xi. Mereka mengatakan Taiwan tidak pernah memprediksi tepatnya apakah atau kapan Cina akan menyerang tapi berkonsentrasi memperkuat pertahanannya sendiri dan memenangkan dukungan internasional.

"Hal ini dilakukan agar Cina memahami betapa pentingnya komunitas internasional terikat pada perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk memulai perang, dan agar tidak bertindak membabi buta tanpa berpikir panjang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, Jeff Liu, di Taipei.

Ia menambahkan Taiwan tidak akan memprovokasi atau "bertindak gegabah" tetapi juga tidak akan menyerah pada tekanan.

Biden dan Xi bertemu untuk pertama kalinya dalam satu tahun pada Rabu kemarin meredakan ketegangan antara kedua negara adidaya atas konflik militer, perdagangan narkoba, dan kecerdasan buatan. Kedua belah pihak bahwa mereka membuat "kemajuan yang nyata."

Cina meningkatkan aktivitas militer untuk mencoba menekan Taiwan yang dikelola dengan demokratis untuk menerima kedaulatan Beijing. Meskipun ada keberatan keras dari pemerintah Taipei yang mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.

Para perwira militer senior AS mengatakan Xi memerintahkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk bersiap-siap menginvasi Taiwan pada tahun 2027. Beijing tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk merebut pulau tersebut, meskipun tidak pernah berbagi rincian tentang persiapan perang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement