REPUBLIKA.CO.ID,OTTAWA – Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan keprihatinan atas terus meningkatnya jumlah warga di Jalur Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel. Dia mengakui bahwa agresi Israel ke Gaza yang sudah berlangsung selama 42 hari tanpa jeda kian menyulitkan tercapainya solusi dua negara untuk penyelesaian konflik Israel-Palestina.
“Kanada sangat prihatin dengan jumlah korban sipil di Gaza. Baik karena banyaknya korban jiwa yang sangat memilukan untuk dilihat, tapi juga karena jalan menuju negara Yahudi yang aman, layak, dan merdeka, serta negara Palestina yang aman, layan, dan merdeka semakin sukar dengan semua kesulitan yang dialami warga Palestina,” kata Trudeau kepada awak media saat menghadiri KTT APEC di San Francisco, Amerika Serikat (AS), Jumat (17/11/2023), dikutip Anadolu Agency.
Pada kesempatan itu, Trudeau pun mengkritik cara warga Kanada mengekspresikan kemarahan mereka atas pertempuran yang berlangsung di Gaza. Dia berpendapat, tindakan-tindakan mereka telah membangkitkan rasa takut antar sesama warga.
“Apakah itu seorang wanita berhijab yang diludahi, atau seorang anak Yahudi yang pergi ke kampus (yang) merasa tidak aman, atau tembakan ke sekolah-sekolah Yahudi, atau peningkatan Islamofobia yang mengerikan bersamaan dengan peningkatan yang signifikan dan peningkatan antisemitisme yang sangat menyusahkan. Kita bukan negara di mana warga Kanada harus takut terhadap warga Kanada lainnya,” ucap Trudeau.
Awal pekan ini, sekitar 250 pengunjuk rasa pro-Palestina menyuarakan aspirasinya di sebuah restoran di Vancouver. Aksi itu digelar tepat ketika Trudeau berada di restoran tersebut untuk makan malam. Seorang pengunjuk rasa sempat memasuki restoran, kemudian mendamprat dan menghujat Trudeau. Pengunjuk rasa itu marah karena pemimpin berusia 51 tahun itu menyuarakan dukungan kepada Israel.
Trudeau akhirnya meninggalkan restoran tersebut. Saat keluar, di hadapan Trudeau, para pengunjuk rasa meneriakkan “Gencatan senjata sekarang!” secara berulang-ulang.
Sementara itu di Kota Calgary, seorang pengunjuk rasa pro-Palestina ditangkap karena berulang kali meneriakkan jargon “From the river to the sea, Palestinian will be free”. Dia dibekuk dan didakwa memicu gangguan yang bermotif kebencian. Namun dakwaan terhadapnya dibatalkan pada Jumat lalu. Kejaksaan Alberta Crown mengatakan tuduhan terhadap pengunjuk rasa itu tak memiliki substansi.
Agresi Israel ke Gaza sudah berlangsung lebih dari 40 hari, terhitung sejak 7 Oktober 2023. Hingga Jumat kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel telah menembus sedikitnya 11.470 jiwa. Di dalamnya termasuk 4.700 anak-anak dan 3.155 perempuan. Sementara korban luka hampir menyentuh 30 ribu orang.
Di luar jumlah korban, masih terdapat 3.600 warga Gaza yang dinyatakan hilang atau diduga tertimbun reruntuhan bangunan. Mereka termasuk 1.750 anak-anak.