REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Direktur Pusat Serangan Seksual di Universitas Alberta Kanada, Samantha Pearson, pada Sabtu (18/11/2023), dipecat. Pemecatan berlangsung setelah dia ikut menandatangani surat yang menyatakan, tuduhan bahwa pejuang Palestina, Hamas melakukan pemerkosaan dalam serangan 7 Oktober tidak benar.
Rektor universitas Bill Flanigan mengatakan Pearson mengungkapkan pandangan pribadinya dan bukan pandangan universitas. Dia menambahkan, universitas menentang rasisme dan kebencian, serta bahaya antisemitisme yang bersifat historis dan berkelanjutan.
“Direktur pusat serangan seksual tersebut tidak lagi dipekerjakan oleh universitas. Universitas telah menunjuk direktur sementara yang baru dari Pusat Serangan Seksual (Universitas Alberta)," kata Flanigan, dilansir YNet News, Ahad (19/11/2023).
Surat yang ditulis oleh dua politisi lokal, Susan Kim dan Sarah Jama, berjudul “Stand with Palestine: Call on Political Leaders to End Their Complicity in Genocide,” mengkritik pemimpin partai New Democrat yang beraliran kiri-tengah karena mengulangi tuduhan bahwa orang-orang Palestina bersalah atas kekerasan seksual. Pearson sebelumnya mengatakan, pemerkosaan ini tidak terjadi pada perempuan Israel.
Paramedis menceritakan kepada CNN tentang korban yang ditemukannya diperkosa sebelum ditembak dengan gaya eksekusi. Penolakan untuk mempercayai tuduhan bahwa warga Israel menjadi korban serangan Hamas menyebar di media sosial. Hal ini memicu kemarahan di Israel dan komunitas Yahudi.
Hila Yerushalmi, seorang aktivis Israel, menulis dan mengunggah video yang menggambarkan kemunafikan beberapa kelompok feminis yang dinilai gagal memberikan rasa hormat kepada korban kekejaman yang dilakukan oleh Hamas.
"Saya kecewa dengan saudara perempuan saya di seluruh dunia. Di manakah komitmen mereka untuk memercayai semua korban?," kata Yerushalmi kepada stasiun radio Israel dalam sebuah wawancara pada Ahad.