Selasa 21 Nov 2023 13:02 WIB

Presiden Cina dan Prancis Sepakat Solusi Dua Negara Jadi Kunci Akhiri Genosida Gaza

Keduanya menekankan bahwa solusi dua-negara harus diwujudkan

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: Nicolas Asfouri/Pool Photo via AP
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (20/11/2023) melalui telepon membicarakan konflik Palestina-Israel. Keduanya menekankan bahwa solusi dua-negara harus diwujudkan guna mengakhiri krisis yang kini sedang meningkat.

Kedua pemimpin negara itu meyakini bahwa prioritas utama saat ini adalah bagaimana mencegah konflik Palestina-Israel semakin buruk, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina.

Baca Juga

"... terutama dengan kemunculan krisis kemanusiaan yang semakin parah," kata kemenlu Cina.

Pernyataan itu menyebutkan Xi dan Macron menekankan bahwa solusi dua-negara merupakan kunci untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Pembicaraan melalui telepon itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan Xi dengan kepala negara atau kepala pemerintahan suatu negara setelah ia berkunjung ke Amerika Serikat pekan lalu. Dalam kunjungan di Amerika Serikat, Xi melakukan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden.

Xi dan Macron sebelumnya juga sudah membahas perang Gaza, yaitu pada kesempatan santap siang di San Francisco, AS, Rabu (14/11/2023) pekan lalu.

Sementara itu pada Senin di Beijing, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyelenggarakan pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Muslim. Pada pertemuan itu, Yu menekankan kepentingan soal perwujudan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Israel selama ini menepis seruan untuk melakukan gencatan senjata sampai kelompok Palestina, Hamas, mau membebaskan para tawanan.

Xi dan Macron "sepakat untuk melanjutkan komunikasi menyangkut masalah-masalah internasional dan kawasan yang menjadi perhatian bersama, serta berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia," menurut pernyataan tersebut.

Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober usai serangan Hamas, sudah lebih dari 13.000 warga Palestina yang terbunuh, menurut data-data terbaru yang dikeluarkan oleh pihak berwenang Palestina.

Jumlah korban jiwa 13.000 itu termasuk lebih dari 9.000 perempuan dan anak. Selain itu, menurut data tersebut, ada lebih dari 30.000 orang yang mengalami luka.

Ribuan gedung, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, mengalami kerusakan atau hancur karena digempur Israel dari udara maupun darat.

Blokade yang dilancarkan Israel terhadap Gaza juga telah menyebabkan layanan bahan bakar, listrik, dan air di wilayah itu terputus. Selain itu, penyaluran bantuan juga dibatasi.

Sementara itu menurut data-data resmi, jumlah korban jiwa di pihak Israel tercatat 1.200 orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement