REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar pada Rabu (22/11/2023) menyuarakan harapannya bahwa kesepakatan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza akan mengarah pada perundingan damai yang serius.
"Kami berterima kasih kepada mitra kami yang berkontribusi dalam mencapai kesepakatan jeda kemanusiaan di Gaza, khususnya AS (Amerika Serikat) dan Mesir. Kami berharap hal ini akan menghasilkan perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan yang akan mengakhiri perang dan pertumpahan darah,” kata Perdana Menteri Mohammed Abdulrahman dalam sebuah pernyataan di platform sosial X, dilansir dari laman Anadolu Agency pada Rabu.
"(Doha berharap) akan mengarah pada perundingan serius untuk proses perdamaian yang komprehensif dan adil sesuai dengan resolusi legitimasi internasional," lanjut dia.
Adapun Israel dan Hamas mengumumkan kesepakatan gencatan senjata untuk penyanderaan pada Rabu pagi. Media Israel melaporkan, berdasarkan perjanjian yang dimediasi Qatar, 50 warga Israel yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan dengan imbalan 150 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Kesepakatan itu juga mencakup jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Jalur Gaza. Perjanjian tersebut juga memungkinkan perpanjangan jeda dan potensi pembebasan lebih banyak anak dan perempuan yang ditahan oleh kedua belah pihak.
Israel memperkirakan setidaknya 239 warga Israel ditahan oleh Hamas setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober. Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza setelah serangan Hamas, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut peristiwa itu menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 wanita.
Di samping itu, ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut. Sementara itu, menurut angka resmi korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200 orang.