Ahad 26 Nov 2023 09:58 WIB

Meski Telah Dibebaskan, Keluarga Tahanan Palestina Tetap Cemas

Pembebasan tahanan merupakan momen melegakan tetapi mengkhawatirkan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Sebuah kendaraan Israel membawa tahanan Palestina yang dibebaskan oleh otoritas Israel dari penjara militer Ofer dekat Yerusalem, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Sebuah kendaraan Israel membawa tahanan Palestina yang dibebaskan oleh otoritas Israel dari penjara militer Ofer dekat Yerusalem, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama berhari-hari, keluarga Salaymeh mengikuti setiap informasi terkait potensi kesepakatan antara Hamas dan Israel untuk menghentikan pertempuran dan menukar tahanan dengan penuh harap. Nama putra mereka, Ahmed, yang berusia 14 tahun, tercantum dalam daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan oleh media Israel.

Pembebasan Ahmed merupakan momen yang sangat melegakan. Namun ini menjadi sebuah harapan yang penuh kehati-hatian, dan kecemasan bagi Nawaf al-Salaymeh dan istrinya Sahar. Bagi Nawaf, kabar tersebut baru bisa dipercaya ketika ia melihat putranya dengan mata kepalanya sendiri, di luar penjara.

Baca Juga

Menurut Klub Tahanan Palestina, lebih dari 250 anak-anak Palestina di bawah usia 18 tahun saat ini ditahan di penjara-penjara Israel. Ahmed telah dipenjara selama berbulan-bulan, dan orang tuanya tidak sabar menunggu kesepakatan tersebut diterapkan.

Pada 17 Mei, polisi Israel menangkap Ahmed dan tiga sepupunya dari rumah mereka di lingkungan Ras al-Amud di Silwan, di wilayah pendudukan Yerusalem Timur atas tuduhan pelemparan batu. Setelah ditahan selama berhari-hari, Ahmed dibebaskan dengan syarat menjadi tahanan rumah, dan dikurung hingga 30 Juli.

“Polisi Israel mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak puas dengan anak tersebut yang menjadi tahanan rumah dan dia harus menyerahkan diri. Kami menyerahkannya saat hati kami membara," kata Nawaf kepada Middle East Eye.

Sejak saat itu, keluarga Ahmed tidak pernah diizinkan untuk mengunjunginya karena ayahnya adalah mantan tahanan. Sementara ibunya memiliki kartu identitas Tepi Barat dan izin kunjungannya ditolak.

"Ahmed berada di penjara Damoun dan kami belum mengetahui apa pun tentang dia sejak 7 Oktober. Tidak ada komunikasi atau kunjungan,” kata Nawaf.

“Kami tahu bahwa para tahanan mendapat tekanan besar dari para sipir. Kepedulian kami terhadap kesejahteraannya meningkat setiap hari. Kami sangat menantikan kepulangan Ahmed, dan kami berharap semua tahanan dapat kembali ke rumah mereka masing-masing,” ujar Nawaf.

Ayham, saudara laki-laki Ahmed yang berusia 13 tahun, ditangkap beberapa hari setelah saudara laki-lakinya ditahan, dan dijadikan tahanan rumah.

Pada Rabu (22/11/2023) malam, polisi Israel memotret rumah para tahanan yang dijadwalkan akan dibebaskan di Yerusalem. Polisi mengancam, keluarga mereka akan ditangkap jika mereka menunjukkan bentuk perayaan pembebasan kerabat mereka.

Pembatasan seperti ini bukanlah hal baru di Yerusalem. Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah melarang perayaan apa pun ketika keluarga menerima putra dan putri mereka yang dibebaskan.  Dalam beberapa kasus, narapidana yang baru dibebaskan ditangkap kembali setelah keluarga mereka merayakannya. Sementara dalam kasus lain, para tahanan yang dibebaskan dideportasi dari Yerusalem. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement