Senin 27 Nov 2023 12:59 WIB

Hamas Ingin Perpanjangan Gencatan Senjata, Israel Ngebet Lanjutkan Genosida

Hamas ingin perpanjang gencatan senjata dua sampai empat hari lagi.

Rep: Kamran Dikarma / Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina yang menjadi sandera Israel merayakan kebebasannya bersama warga yang menunggu mereka, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023).
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Warga Palestina yang menjadi sandera Israel merayakan kebebasannya bersama warga yang menunggu mereka, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok pejuang Palestina, Hamas, menyatakan siap memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Hamas mengatakan upaya untuk mencapai tujuan gencatan senjata ini dengan meningkatkan jumlah sandera yang akan dibebaskan.

"Hamas ingin memperpanjang gencatan senjata setelah periode empat hari berakhir dan melakukan upaya untuk mencapai hal tersebut dengan cara membebaskan lebih banyak sandera daripada yang disepakati dalam kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan," tulis Hamas dalam saluran Telegram-nya, Ahad (26/11/2023).

Baca Juga

Portal berita Lebanon 24 mengatakan sebelumnya informasi yang sama, mengutip sebuah sumber yang dekat dengan para mediator Arab di perundingan Doha bahwa Hamas siap untuk memperpanjang kesepakatan pertukaran tawanan dengan Israel selama dua sampai empat hari lagi.

Sementara itu, Israel justru menginginkan agar agresi kembali dilakukan. Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan, pasukannya siap melanjutkan pertempuran dengan Hamas ketika gencatan senjata kemanusiaan berakhir.

“Ketika kerangka tersebut selesai, kita akan kembali ke operasi kita dengan tekad, untuk terus membebaskan para sandera dan membubarkan Hamas sepenuhnya,” ujar Halevi dalam sebuah pernyataan kepada para prajurit dan komandan militer Israel, Ahad (26/11/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Kepada para prajurit dan komandan militer, Halevi menyampaikan bahwa dia mengetahui ada tantangan kompleks yang harus dihadapi dalam pertempuran, baik di udara maupun darat. “Saya bertemu banyak dari Anda di akhir pertempuran berjam-jam baik di udara maupun di darat, menghadapi tantangan yang kompleks. Dalam setiap pertemuan, saya melihat terpancar di mata Anda betapa besarnya momen tersebut, semangat juang, dan tekad untuk mencapai semua tujuan perang,” katanya.

“Saya mendengar Anda mengatakan kepada saya: ‘Kami ingin berperang sampai kami mengembalikan para sandera’. Jadi, kita melakukan hal itu!” kata Halevi menambahkan.

Dia menjelaskan, masa gencatan senjata yang berlangsung empat hari dimanfaatkan para prajurit Israel untuk belajar dan lebih mempersiapkan diri untuk melanjutkan pertempuran.

“Kami akan segera kembali setelah gencatan senjata berakhir untuk menyerang Gaza, untuk bermanuver di Gaza. Kami akan melakukannya untuk membubarkan Hamas dan juga menciptakan tekanan besar untuk kembali secepat mungkin dan menyandera sebanyak mungkin, hingga yang terakhir,” ujarnya.

Dalam gencatan senjata selama empat hari, Hamas membebaskan 50 sandera yang mereka tawan sejak melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 150 warga Palestina yang mendekam di beberapa penjara Israel. Mereka terdiri atas perempuan dan anak-anak.

Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah melampaui 14.500 jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement