Selasa 28 Nov 2023 08:03 WIB

Rusia: Tumpas Hamas tak Jamin Keamanan Israel, Hanya Picu Kebencian Baru

Yang dilakukan Israel di Jalur Gaza hanya akan memicu gelombang kebencian baru.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Upaya Israel menumpas Hamas tidak akan serta merta menjamin keamanannya. Menurutnya, kebrutalan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza hanya akan memicu gelombang kebencian baru.
Foto: AP Photo/Mohammed Hajjar
Upaya Israel menumpas Hamas tidak akan serta merta menjamin keamanannya. Menurutnya, kebrutalan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza hanya akan memicu gelombang kebencian baru.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Asisten presiden Rusia untuk kebijakan luar negeri, Yury Ushakov, mengatakan, upaya Israel menumpas Hamas tidak akan serta merta menjamin keamanannya. Menurutnya, kebrutalan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza hanya akan memicu gelombang kebencian baru.

“Bahkan dengan memancung Hamas dan bahkan menenggelamkan Gaza dengan darah, hampir tidak mungkin menjamin keamanan Israel. Setelah beberapa waktu, gelombang kebencian dan terorisme mungkin akan bangkit kembali dengan kekuatan baru. Hal ini tidak dapat dikesampingkan,” ujar Ushakov saat berbicara di forum akademik dan pakar Primakov Readings, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Senin (27/11/2023).

Baca Juga

Dia mengingatkan bahwa masalah Palestina memiliki kemampuan untuk menyebar ke tingkat global. “Langkah-langkah militer Israel gagal mempersempit aktivitas organisasi teroris. Sebaliknya, mereka memperluasnya,” ucap Ushakov seraya menambahkan bahwa dia yakin hal itu juga sesuai dengan tragedi yang tengah berlangsung di Gaza.

Pada Senin lalu, Hamas dan Israel telah menyepakati perpanjangan gencatan senjata selama dua hari di Jalur Gaza. Hal itu diumumkan Qatar, pihak yang memediasi perundingan Israel dengan Hamas. “Negara Qatar mengumumkan bahwa, sebagai bagian dari mediasi yang sedang berlangsung, kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza,” ungkap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Qatar Majed Al Ansari lewat akun X (Twitter) resminya.

Hamas telah mengonfirmasi keterangan Kemenlu Qatar. “Hamas mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai dengan saudara-saudara di Qatar dan Mesir untuk perpanjangan jeda kemanusiaan sementara selama dua hari tambahan, dengan ketentuan yang sama seperti gencatan senjata sebelumnya,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.

Mesir ikut membantu Qatar dalam menengahi perundingan Israel dengan Hamas. Sesaat sebelum Qatar merilis pengumuman, Kepala Badan Informasi Mesir Diaa Rashwan sempat menyampaikan bahwa kesepakatan perpanjangan gencatan senjata antara Hamas dan Israel hampir tercapai. Rashwan mengatakan, kesepakatan perpanjangan gencatan senjata akan mencakup pembebasan 20 sandera Israel oleh Hamas. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 60 tahanan Palestina.

Sebelumnya Israel dan Hamas sudah memberlakukan gencatan senjata selama empat hari. Gencatan senjata tersebut seharusnya berakhir pada Senin malam. Namun Hamas berupaya memperpanjang penghentian sementara pertempuran. Hal itu turut didukung berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS).

Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata pertama, Hamas telah membebaskan 58 sandera yang terdiri dari warga Israel dan warga asing. Sementara Israel sudah membebaskan 117 tahanan Palestina. Menurut Israel, ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi ke negaranya pada 7 Oktober 2023 lalu, lebih dari 240 orang diculik dan dibawa ke Gaza.

Sementara itu, sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai sekitar 14.800 jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sedangkan korban luka menembus 33 ribu orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement