REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kelompok pejuang Palestina Hamas mengungkapkan kesiapannya untuk memperpanjang masa gencatan senjata di Jalur Gaza selama empat hari lagi, demikian laporan kantor berita Prancis, France-Presse, yang mengutip sumber yang dekat dengan kelompok militan tersebut.
"Hamas telah menginformasikan kepada para mediator bahwa mereka bersedia memperpanjang gencatan senjata selama empat hari dan bahwa gerakan tersebut akan dapat membebaskan para tahanan Israel yang mereka, gerakan perlawanan lainnya dan pihak-pihak lain tahan selama periode ini, sesuai dengan persyaratan gencatan senjata yang ada," kata sumber tersebut, dilansir TASS, Rabu (29/11/2023).
Pada tanggal 27 November, Taher al-Nunu, juru bicara Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, mengatakan kepada TASS bahwa kesepakatan baru dengan Israel akan didasarkan pada persyaratan yang sama, yaitu tiga tahanan Palestina akan dibebaskan sebagai imbalan untuk setiap sandera Israel yang dibebaskan oleh gerakan Hamas.
Kesepakatan tersebut pada awalnya memberikan kemungkinan untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama satu hari jika ada tambahan sepuluh sandera yang dibebaskan. Sementara itu, para analis memperkirakan negosiasi gencatan senjata kali ini telah memasuki fase "pragmatis."
Negosiasi gencatan senjata yang melibatkan berbagai mediator dan pemangku kepentingan, dengan Hamas dilaporkan memang telah mengisyaratkan kesediaan untuk memperpanjang jeda pertempuran.
Anggota Biro Politik Hamas Ghazi Hamad mengatakan bahwa isu pembebasan tokoh-tokoh sipil dan militer telah dimasukkan ke dalam meja perundingan. Ia menambahkan bahwa diskusi dengan para mediator untuk "kompromi yang memuaskan" sedang berlangsung.
Ghazi Hamad mengatakan kepada Aljazirah bahwa fokus saat ini adalah perpanjangan gencatan senjata, tetapi menambahkan bahwa kepemimpinan Hamas siap untuk memasuki negosiasi yang mendalam tentang "kesepakatan komprehensif" yang akan melihat pembebasan semua tawanan Palestina untuk semua tawanan di Gaza.
"Kami tertarik untuk membebaskan semua tahanan Palestina di penjara-penjara Israel... dan kami juga ingin mendapatkan jaminan bahwa mereka tidak akan ditangkap lagi," katanya.
Hamad, mengakui Hamas telah bekerja "sangat keras" dengan negara-negara yang menjadi penengah untuk "mencapai kompromi" dan "memperpanjang gencatan senjata". Meskipun pihaknya mencatat bahwa "situasinya tidak mudah" dan "berubah dari waktu ke waktu", Hamad menyatakan optimisme bahwa gencatan senjata akan diperpanjang.
"Kami siap untuk membebaskan lebih banyak sandera untuk perpanjangan gencatan senjata. Kami sedang berkomunikasi dengan saudara-saudara kami di Qatar dan Mesir untuk melihat bagaimana kami dapat mengelola operasi ini," katanya.
"Saya berharap hal ini dapat dilaksanakan hari ini dan kita dapat melihat lebih banyak hari untuk perpanjangannya," ujarnya.