REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengatakan telah menerima daftar baru sandera perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza yang akan dibebaskan oleh Hamas pada Kamis (30/11/2023). Kelanjutan dalam pemberian daftar ini hasil dari atas perpanjangan gencatan senjata satu hari yang sebelumnya berakhir pada Kamis.
“Beberapa waktu lalu, Israel diberikan daftar perempuan dan anak-anak sesuai dengan ketentuan perjanjian. Oleh karena itu, gencatan senjata akan terus berlanjut,” demikian pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Israel, tanpa menyebutkan secara spesifik jumlah sandera yang akan dilepaskan.
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel diperpanjang satu hari lagi dengan kedua pihak mengumumkan secara terpisah. “Mengingat upaya mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera dan tunduk pada ketentuan kerangka kerja, jeda operasional akan terus berlanjut,” kata militer Israel tanpa menentukan jangka waktu.
Negara mediator Qatar juga mengonfirmasi kesepakatan perpanjangan gencatan senjata. “Pihak Palestina dan Israel mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza selama satu hari tambahan dengan kondisi yang sama sebelumnya, yaitu gencatan senjata dan masuknya bantuan kemanusiaan dalam kerangka mediasi bersama negara Qatar,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari dalam sebuah pernyataan dikutip dari Alarabiyah.
Al-Ansari menjelaskan, kondisi gencatan senjata, termasuk penghentian permusuhan dan masuknya bantuan kemanusiaan, tetap sama dengan kesepakatan yang sebelumnya telah berjalan selama enam hari. Qatar telah menjadi mediator utama antara pihak-pihak yang bertikai bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat.
Ada tekanan untuk memperpanjang jeda guna memungkinkan lebih banyak pembebasan sandera dan bantuan tambahan ke Gaza yang hancur. Namun, sebelumnya Israel menolak pengajuan tersebut karena Hamas menawarkan tujuh sandera perempuan dan anak-anak serta tiga jenazah lainnya untuk pertukaran pada Kamis.