REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga sandera Israel yang dibebaskan dari Gaza dilaporkan menolak permintaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk bertemu selama kunjungan ke Pusat Medis Soroka di Beerheba. Avraham adalah seorang warga Kibbutz Nahal Oz yang berusia 84 tahun dan berada dalam kondisi kritis saat dibebaskan karena Hamas kekurangan suplai obat-obatan penting.
Israel memutus pasokan air, bahan bakar, listrik, makanan, dan obat-obatan penting ketika membombardir Gaza selama lebih dari satu bulan. Rumah sakit di Gaza kewalahan menerima korban luka akibat pengeboman dan berjibaku dengan suplai obat-obatan yang menipis.
Avraham dalam kondisi kritis, pada Ahad (26/11/2023) malam, setelah dibebaskan oleh pejuang Palestina. Kepala Pusat Medis Soroka, Moti Klein, mengatakan, kondisi Avraham semakin mambaik dan ventilatornya telah dilepas. “Dia sudah bangun, bernapas sendiri dan tidak lagi membutuhkan tingkat perawatan yang sama seperti ketika dia tiba di sini," ujar Klein, dilaporkan Times of Israel, Selasa (28/11/2023).
Setelah dibebaskan pada Ahad malam, Avraham langsung dibawa ke Soroka Medical Center dari perbatasan Gaza karena kondisinya yang parah. Klein mengatakan, Avraham tiba di Pusat Medis Soroka di Beersheba pada Ahad malam dengan semua tanda-tanda vital sangat rendah.
Avraham diharuskan meminum beberapa obat untuk kondisi kronisnya. Namun tim medis dan keluarganya mengatakan, Avraham tidak memiliki akses terhadap obat tersebut saat dia ditahan di Gaza. “Tanda-tanda dan tes laboratorium ini memperkuat pemahaman bahwa kondisinya tampaknya disebabkan oleh tidak mengonsumsi obat-obatan yang diperlukan," kata Klein.
Pada Senin (27/11/2023) anak-anak Avraham mengecam Palang Merah karena gagal merawat ibu mereka. Putri Avraham, Tal Amano, menuduh mereka mengabaikan kesehatan ibunya. "Mereka meninggalkan ibu saya dari sudut pandang kesehatan. Ibu saya tidak harus kembali seperti ini. Itu adalah pengabaian selama dia berada di sana. Dia tidak menerima obat yang menyelamatkan nyawanya," ujar Tal Amano.
Selama lebih dari satu bulan, gempuran Israel di Gaza telah menghancurkan sejumlah bangunan dan fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, masjid, gereja, dan toko roti. Bahkan, selama pengeboman berlangsung beberapa sandera tewas terkena serangan Israel.
Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam mengatakan, klaim jenazah tawanan Israel ditemukan di rumah sakit di Jalur Gaza adalah tidak benar. Dua jenazah itu adalah sandera yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
"Kami memindahkan sejumlah tawanan ke pusat perawatan untuk menerima perawatan karena parahnya kondisi kesehatan mereka dan untuk menyelamatkan nyawa mereka. Hal ini terjadi baru-baru ini pada tahanan, Aryeh Zalman Zdmanovich, nomor kartu 0010185791, yang mendapat perawatan intensif," ujar pernyataan Brigade Al-Qassam di Telegram, Sabtu (18/11/2023).
Brigade Al Qassam menjelaskan, setelah sembuh, Zdmanovich dikembalikan ke tempat penahanannya. "Dia meninggal karena serangan panik akibat pengeboman berulang kali di sekitar tempat penahanannya, dan kami akan menerbitkan materi yang mendokumentasikan hal ini," kata pernyataan Brigade Al Qassam.