REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu di beberapa bagian Siberia anjlok hingga minus 50 derajat Celsius (minus 58 derajat Fahrenheit). Sementara badai salju menyelimuti Moskow dengan curah salju yang sangat tinggi dan mengganggu penerbangan saat cuaca musim dingin melanda Rusia.
Di Republik Sakha, yang terletak di bagian timur laut Siberia dan merupakan rumah bagi Yakutsk, salah satu kota terdingin di dunia, suhu turun hingga di bawah minus 50 derajat Celsius. Cuaca dingin dini yang tidak normal di Sakha mendorong suhu menjadi lebih rendah. Suhu mencapai lebih dari minus 50 Celsius di beberapa wilayah Sakha.
Hampir seluruh Sakha terletak di zona permafrost. Di ibu kota wilayah tersebut, Yakutsk, yang terletak sekitar 5.000 km (3.100 mil) timur Moskow, suhunya berkisar minus 44 derajat Celsius hingga minus 48 derajat Celsius.
Suhu minus 50 derajat Celsius semakin jarang terjadi dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan iklim. Lapisan es menunjukkan tanda-tanda pencairan yang semakin meningkat.
Di ibu kota Rusia, beberapa hujan salju terbesar yang pernah terjadi menyebabkan penundaan jadwal penerbangan di beberapa bandara pada Senin (4/12/2023), karena landasan pacu tertutup salju tebal. Kantor berita Rusia, RIA, melaporkan, setidaknya 54 penerbangan ditunda dan lima lainnya dibatalkan di tiga bandara terbesar di ibu kota. Suhu di Moskow diperkirakan turun hingga minus 18 derajat Celsius pada akhir pekan ini.
Pada Juli 2023, rekaman drone yang menakjubkan telah mengungkap perincian kawah Batagaika, retakan sepanjang 1 kilometer di Timur Jauh Rusia yang membentuk kawah permafrost terbesar di dunia. Dalam video tersebut dua penjelajah memanjat melintasi medan yang tidak rata di dasar cekungan.
Ditandai dengan permukaan tidak beraturan dan gundukan kecil, yang mulai terbentuk setelah hutan di sekitarnya ditebangi pada tahun 1960-an dan lapisan es di bawah tanah mulai mencair, sehingga menyebabkan daratan tenggelam.
“Kami penduduk setempat menyebutnya 'gua di dalam',” kata penduduk setempat dan penjelajah kawah Erel Struchkov kepada Reuters sambil berdiri di tepi kawah.
“Ini berkembang pada tahun 1970-an, pertama sebagai jurang. Kemudian karena mencair di bawah teriknya sinar matahari, ia mulai meluas," ujar Struchkov menambahkan.
Para ilmuwan mengatakan, Rusia mengalami pemanasan setidaknya 2,5 kali lebih cepat dibandingkan negara-negara lain di dunia. Pemanasan ini mencairkan tundra yang telah lama membeku dan menutupi sekitar 65 persen daratan negara tersebut dan melepaskan gas rumah kaca yang tersimpan di tanah yang mencair.
“Di masa depan, dengan meningkatnya suhu dan tekanan antropogenik yang lebih tinggi, kita akan melihat semakin banyak kemerosotan besar yang terbentuk, sampai seluruh lapisan es hilang,” kata peneliti utama di Melnikov Permafrost Institute di Yakutsk, Nikita Tananayev kepada Reuters.
Mencairnya lapisan es telah mengancam kota-kota besar dan kecil di wilayah utara dan timur laut Rusia. Mencairnya lapisan es merusak jalan raya, menghancurkan rumah-rumah, dan mengganggu saluran pipa. Penduduk setempat di Sakha telah memperhatikan pertumbuhan pesat kawah tersebut.
“(Dua tahun lalu tepiannya) berjarak sekitar 20-30 meter dari jalur ini. Dan sekarang, tampaknya, jaraknya jauh lebih dekat,” kata Struchkov.
Para ilmuwan tidak yakin dengan tingkat pasti perluasan kawah Batagaika. Namun Tananayev mengatakan, tanah di bawah kemerosotan tersebut, yang kedalamannya sekitar 100 meter (328 kaki) di beberapa daerah, mengandung sejumlah besar karbon organik yang akan terlepas ke atmosfer saat lapisan es mencair, sehingga semakin memicu pemanasan bumi.
“Dengan meningkatnya suhu udara, kita perkirakan (kawah) akan meluas dengan kecepatan lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan semakin banyak pemanasan iklim di tahun-tahun berikutnya," ujar Tananayev.