Selasa 05 Dec 2023 10:34 WIB

Insiden Salah Tembak, IDF Tangkap Tentara Cadangan yang Tembak Warga Sipil Israel

Warga sipil Israel korban salah tembak tewas di tempat kejadian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Petugas mengamankan area serangan penembakan di Yerusalem, 30 November 2023. Seorang warga sipil Israel tewas tertembak peluru tentara cadangan IDF.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Petugas mengamankan area serangan penembakan di Yerusalem, 30 November 2023. Seorang warga sipil Israel tewas tertembak peluru tentara cadangan IDF.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan pada Senin (4/12/2023), telah melakukan penangkapan Aviad Frija yang merupakan tentara cadangan Israel terlibat dalam penembakan fatal terhadap seorang warga sipil Israel pada pekan lalu. Dia dicurigai melakukan pembunuhan sembrono.

Frija dibawa untuk diinterogasi bersama dengan tentara lainnya pada Senin. Rekannya itu berada di tempat yang sama ketika dia melakukan penembakan, hanya saja kini sudah dibebaskan.

Baca Juga

Pengacara Frija mengatakan, video insiden tersebut menimbulkan kesan parsial dan menyesatkan. Video yang tersebar dinilai tidak menunjukkan sisa penembakan yang dilakukan oleh tentara tersebut dan orang lain di tempat kejadian.

Sedangkan Frija mengatakan kepada polisi, bahwa dia mengira warga sipil bernama Yuval Kestelman adalah salah satu teroris dan menembaki dia. “Dia sedang di jalan sambil melambaikan tangannya. Ada saatnya dia bergerak dengan tangannya dan saya merasakan bahaya, jadi saya menembak lagi," katanya dikutip dari //Haaretz//.

Mengomentari kejadian tersebut,  IDF menyebut Kestelman terbunuh secara tragis dan mengerikan. IDF mengatakan, tentara tidak boleh menembak siapa pun yang mengangkat tangan, yang menandakan mereka tidak bersenjata.

Insiden melibatkan seorang prajurit tugas tetap, serta Frija yang merupakan prajurit cadangan. Peristiwa itu pun, menurut IDF, akan diselidiki dan senjata dari dua prajurit yang terlibat akan disita.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara IDF mengatakan, tentara cadangan yang dicurigai melakukan penembakan yang menyebabkan kematian Kestelman telah diinterogasi oleh interogator polisi militer pada akhir pekan. Interogasinya kemudian dilanjutkan pada Senin.

Kestelman adalah orang pertama yang menembaki pejuang Palestina yang membunuh tiga warga Israel di pintu masuk Yerusalem, pada Kamis (30/11/2023) pagi. Frija, salah satu tentara yang tiba segera setelah itu, mengira Kestelman bersama para penyerang dan menembak serta membunuhnya. Padahal dia mencoba memberi isyarat tidak menimbulkan bahaya.

Dua tentara lainnya juga berada di lokasi kejadian, salah satunya terluka akibat tembakan tentara. Menurut polisi, penyelidikan menunjukkan Frija menyebabkan kematian Kestelman sehingga tidak dilakukan otopsi.

Frija mengatakan aktif sebagai anggota Hilltop Youth, sebuah kelompok pemuda ekstremis nasionalis agama di dan sekitar pemukiman Tepi Barat. “Saya berada di perbukitan, dan di peternakan dan mendukung penyelesaian tanah, dan saya melakukan banyak hal, bukan untuk menyombongkan diri, tapi saya termasuk dalam aliran ini,” katanya.

Pejabat pemerintah sayap kanan, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan politisi Tzvi Succot, secara terbuka memuji Frija. Mereka memposting nama dan fotonya serta menyebutnya sebagai "pahlawan". Setelah tersiar kabar bahwa seorang warga sipil tak berdosa ditembak mati, postingan pujian itu pun dihapus.

Bahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya melihat kematian itu adalah harga yang harus dibayar atas keputusan dari melengkapi warga dengan senjata demi keamanan negara. “Segera setelah Anda mendistribusikan senjata dalam jumlah yang lebih besar, kasus-kasus ini bisa terjadi,” kata Netanyahu pada Sabtu (2/11/2023) malam.

Netanyahu menyatakan dukungannya terhadap kebijakan Ben-Gvir yang secara signifikan meningkatkan jumlah izin senjata yang dikeluarkan kepada warga sipil. “Kita tahu bahwa dalam gelombang terorisme dalam satu dekade terakhir, kehadiran warga bersenjata menyelamatkan situasi dan mencegah bencana besar. Hal ini telah terjadi puluhan kali," katanya.

Pertimbangan itu memuat pemerintahan Netanyahu menyatakan kebijakan tersebut sudah seharusnya dilanjutkan. "Saya sangat mendukungnya. Kita mungkin harus membayar harganya untuk itu, inilah hidup,” katanya mengecilkan akibat yang harus ditanggung oleh wargnya negaranya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement