Selasa 05 Dec 2023 12:53 WIB

Lindungi Warga Palestina, Aktivis Israel Diserang Pemukim Zionis di Tepi Barat

Para pemukim zionis kerap mengintimidasi warga Palestina di wilayah Tepi Barat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
File - Warga Palestina membantu seorang pemuda yang terluka dalam bentrokan dengan pemukim Israel di Tepi Barat, pada 25 Februari 2023.
Foto: Xinhua/Nidal Eshtayeh
File - Warga Palestina membantu seorang pemuda yang terluka dalam bentrokan dengan pemukim Israel di Tepi Barat, pada 25 Februari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Penyerang tidak dikenal menyerang dua aktivis sayap kiri Israel di desa Al Farisiya, Palestina, dekat permukiman Israel di Rotem di timur laut Tepi Barat pada Senin (4/12/2023). Salah satu aktivis bernama Sasha Povootsky menderita luka di kepala dan memerlukan evakuasi medis dengan luka memar di wajah dan tulang rusuk dan aktivis lainnya terkena semprotan merica.

Petugas medis melaporkan bahwa Povootsky dibawa ke Pusat Medis Emek di kota utara Afula dan menjahit luka di kepalanya. Polisi Israel sedang menyelidiki insiden tersebut, tetapi belum menangkap satu pun tersangka.

Baca Juga

Serangan itu terjadi ketika para aktivis sedang tidur di rumah warga Palestina di desa Al Farisiya, dekat pemukiman Rotem di timur laut Tepi Barat. Warga telah berulang kali mengalami intimidasi dan ancaman dari pemukim dalam beberapa bulan terakhir.

Povootsky mengatakan, sekitar pukul 02.00, saat tidur bersama dua aktivis lainnya, mereka mendengar suara-suara dari sebuah bukit dekat rumah keluarga Palestina. “Aktivis yang bersama saya menelepon dan mengatakan bahwa ada traktor datang dan mulai membalikkan batu. Masih mengantuk sambil mengucek mata, saya pergi ke sana dan melihat sebuah traktor melaju dari sisi ke sisi dalam kegelapan, dan di sampingnya ada beberapa orang yang kemudian saya identifikasi sebagai pemuda pemukim,” ujarnya.

Menurut Povootsky, wajah para pemuda yang berjumlah sekitar tujuh orang terlihat, hanya saja mereka mengenakan hoodies sehingga sulit untuk mengidentifikasi. “Mereka melemparkan batu ke rumah keluarga dan bahkan mendekati pintu depan. Gil, seorang aktivis lainnya, mendekati mereka, yang kemudian membuat mereka takut," katanya.

"Kemudian saya melihat salah satu pemukim menyemprot matanya dengan merica secara langsung di bawah kacamata. Dia terjatuh ke tanah sambil berteriak kesakitan dan pria di sebelahnya memukulnya dengan lutut,” kata Povootsky.

Pada momen itu, menurut Povootsky, dia mencoba melindungi Gil dengan tubuhnya. “Mereka terus melempari kami dengan batu, dan kemudian orang yang menyemprot Gil dengan merica mulai menendang kepala, punggung, dan tulang rusuk saya, dan darah mulai mengalir ke mana-mana,” ujarnya bersaksi.

Povootsky mengatakan, ketika mereka memanggil paramedis dan polisi, para penyerang melarikan diri. Dia mengenali salah satu penyerang dari serangan lain yang terjadi sekitar sebulan lalu, di dekat pos pertanian Asa’el, saat hidungnya patah.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, ada laporan yang diterima mengenai aktivis yang diserang oleh pemukim. Militer mengatakan, pasukannya tiba di lokasi setelah insiden tersebut berakhir. Polisi mengatakan, setelah menerima laporan tentang kasus tersebut, penyelidikan dibuka untuk menemukan kebenaran.

Sejak pecahnya perang di Gaza, para aktivis sering tidur di Al Farisiya karena ancaman dan kekerasan yang datang dari pemukim. Para pemukim telah mengintimidasi masyarakat dan menuntut mereka pergi hingga memasuki rumah warga Palestina tanpa izin. Menurut para aktivis, beberapa anggota masyarakat telah meninggalkan desa untuk sementara waktu karena ancaman tersebut.

Beberapa komunitas Palestina telah menderita akibat ancaman pemukim di balik kedok perang. Menurut data dari kelompok hak asasi manusia B’tselem, sejak dimulainya perang, 16 komunitas Palestina telah meninggalkan rumah mereka karena ancaman dan kekerasan pemukim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement