Kamis 07 Dec 2023 15:28 WIB

Israel Sengaja Targetkan Jurnalis di Gaza untuk Bungkam Pemberitaan

Israel tidak ingin ada orang lain yang menyaksikan kejahatannya

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang jurnalis Palestina menenangkan keponakannya yang terluka dalam serangan Israel di rumah keluarganya di kamp pengungsi Nusseirat, di sebuah rumah sakit di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Foto: AP Photo/Ali Mahmoud
Seorang jurnalis Palestina menenangkan keponakannya yang terluka dalam serangan Israel di rumah keluarganya di kamp pengungsi Nusseirat, di sebuah rumah sakit di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Anggota Parlemen Eropa, Manu Pineda pada Rabu (6/12/2023) mengatakan, Israel sengaja menargetkan jurnalis di Jalur Gaza karena tidak ingin ada orang lain yang menyaksikan kejahatannya. Pineda, seorang anggota parlemen Spanyol dari partai komunis Kiri Bersatu, mengatakan, Israel sedang berusaha untuk menutupi pembantaian di Gaza dengan membunuh jurnalis.

"Israel, seperti penjahat lainnya, tidak ingin ada orang yang menyaksikan kejahatannya.  Sejauh ini mereka telah membunuh 65 jurnalis, dan ini merupakan jumlah yang signifikan. Israel bahkan telah membunuh keluarga para jurnalis tersebut," ujar Pineda, dilaporkan Anadolu Agency.

Baca Juga

Pineda mengatakan, Israel bertujuan untuk memaksa jurnalis berhenti melakukan pekerjaan profesional mereka. Menurut Pineda, Israel mengambil keuntungan dari sikap diam masyarakat internasional.

"Kita harus menekan pemerintah kita untuk mendorong Israel mematuhi hukum internasional," ujar Pineda.

Montaser Al-Sawaf, seorang juru kamera lepas Anadolu yang melapor dari Gaza, gugur dalam serangan udara Israel pekan lalu, menyusul jeda kemanusiaan selama seminggu antara Israel dan kelompok Perlawanan Palestina, Hamas. Al-Sawaf, bersama saudara kandungnya Mervan, dan anggota keluarga lainnya meninggal dalam serangan udara Israel di lingkungan Ed-Durc di Gaza selatan.

Setelah terluka parah akibat pengeboman tersebut, Al-Sawaf harus menunggu ambulans sekitar 30 menit.  Al-Sawaf akhirnya diangkut ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli dengan kendaraan pribadi, namun dia terlambat ditangani dan meninggal. Al-Sawaf dimakamkan bersama saudara laki-lakinya dan kerabat lainnya di pemakaman Al-Batsh.

Sebelumnya pada 25 Oktober, koresponden Aljazirah Arabic, Wael Dahdouh kehilangan beberapa anggota keluarganya akibat pengeboman Israel.Selain itu, seorang insinyur penyiaran di biro Aljazirah di Gaza, Mohamed Abu Al-Qumsan juga kehilangan 19 anggota keluarganya, termasuk ayah dan dua saudara perempuannya, dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia pada 31 Oktober.

Setidaknya 16.248 warga Palestina telah terbunuh di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober. Israel melancarkan serangan tanpa henti di Gaza sebagai pembalasan atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober yang membuat Israel kewalahan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement