Senin 11 Dec 2023 15:13 WIB

Menlu Rusia: Tekanan Politik Harus Terus Diberikan untuk Mencapai Gencatan Senjata di Gaza

Kemarin, Presiden Rusia melakukan percakapan via telepon dengan Benjamin Netanyahu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri Rusai Sergey Lavrov.
Foto: EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Menteri Luar Negeri Rusai Sergey Lavrov.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya tidak munafik dalam pendekatannya terhadap konflik Israel-Palestina. Lavrov kembali menegaskan harus ada tekanan politik untuk mencapai gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.

“Saya tidak berpikir bahwa saya munafik atau Rusia munafik,” ujar Lavrov merespons pertanyaan di Doha Forum tentang apakah posisi Rusia dalam konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung dapat dianggap munafik dalam konteks operasi militer Rusia di Suriah dan operasi tempur di Republik Chechnya pada tahun 1990-2000, Ahad (10/12/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Lavrov yang berpartisipasi secara daring di Doha Forum menambahkan, Rusia tidak pernah merahasiakan bagaimana operasi tempur di Republik Chechnya dan Suriah. Kemudian terkait konflik Israel-Palestina, Lavrov menekankan, Rusia akan terus memberikan tekanan politik agar gencatan senjata kemanusiaan dapat dicapai di Gaza.

“Kita harus melakukan segala kemungkinan untuk terus memberikan tekanan politik ini guna mencapai gencatan senjata kemanusiaan,” ujar Lavrov.

Pada Ahad kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin get Perkembangan situasi di Jalur Gaza menjadi topik utama yang mereka bahas.

Kepada Netanyahu, Putin kembali menyampaikan tentang kesiapan Rusia untuk membantu meredakan peperangan di Gaza. “Pihak Rusia siap menawarkan semua bantuan yang mungkin untuk meringankan penderitaan warga sipil dan meredakan konflik,” kata Kremlin dalam keterangannya tentang pembicaraan telepon antara Putin dan Netanyahu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Putin pun membahas tentang kelanjutan upaya evakuasi warga Rusia dari Gaza. Terkait hal itu, Netanyahu menyatakan siap membantu. “Kedua belah pihak menyatakan kesiapan bersama untuk melanjutkan kerja sama dalam isu evakuasi warga negara Rusia dan anggota keluarga mereka, serta pembebasan warga Israel yang disandera di Gaza,” ungkap Kremlin.

Pada kesempatan itu, Netanyahu sempat menyinggung tentang kerja sama “berbahaya” antara Rusia dan Iran. Menurut keterangan Pemerintah Israel, Netanyahu menyampaikan ketidaksetujuan yang kuat atas hal tersebut.

Putin dan Netanyahu terakhir kali melakukan pembicaraan via telepon pada 16 Oktober 2023 atau sepuluh hari pasca pecahnya pertempuran di Gaza. Kala itu Putin telah menyampaikan kesiapan Rusia untuk membantu menyelesaikan krisis di sana. Namun Israel tetap melanjutkan agresinya ke Gaza.

Bulan lalu, asisten presiden Rusia untuk kebijakan luar negeri, Yury Ushakov, mengatakan, upaya penumpasan Hamas tidak akan serta merta menjamin keamanan Israel. Menurutnya, kebrutalan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza hanya akan memicu gelombang kebencian baru.

“Bahkan dengan memancung Hamas dan bahkan menenggelamkan Gaza dengan darah, hampir tidak mungkin menjamin keamanan Israel. Setelah beberapa waktu, gelombang kebencian dan terorisme mungkin akan bangkit kembali dengan kekuatan baru. Hal ini tidak dapat dikesampingkan,” ujar Ushakov saat berbicara di forum akademik dan pakar Primakov Readings, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, 27 November 2023 lalu.

Dia mengingatkan bahwa masalah Palestina memiliki kemampuan untuk menyebar ke tingkat global. “Langkah-langkah militer Israel gagal mempersempit aktivitas organisasi teroris. Sebaliknya, mereka memperluasnya,” ucap Ushakov seraya menambahkan bahwa dia yakin hal itu juga sesuai dengan tragedi yang tengah berlangsung di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement